Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Buaran Jaya, Permukiman di Bekasi yang Rutin Banjir jika Hujan Lebih dari Sejam

Kompas.com - 22/01/2020, 09:03 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

"Kalau gorong-gorongnya ditutup di kampung belakang (supaya air tidak mengalir ke Buaran Jaya), satpam kampung belakang akan banjir," imbuh pria yang mengaku telah bermukim di sana sejak 38 tahun silam.

Roy, warga RT 005/RW 008 Kampung Buaran Jaya menyebut, banjir gara-gara gorong-gorong yang tak sanggup membuang air itu mulai terjadi sejak 2017.

"Tapi kalau pembuangan gorong-gorong diperbesar, kampung ujung sananya akan banjir parah juga," kata Roy.

Banjir semenjak sawah jadi rumah dan pabrik

Hilangnya daerah tangkapan air juga menjadi alasan dibalik banjir yang melanda warga Kampung Buaran Jaya.

"Sebetulnya kan ini sebelumnya sawah irigasi. Sawah semua dulu. Kali di depan ini kan dulunya kali irigasi," jelas Hardjiman yang mengaku sudah bermukim di sana sejak 1982.

Selama 38 tahun, ia menyaksikan alih fungsi lahan yang mulanya berperan menangkap air berubah jadi beton, mulai dari perumahan hingga sejumlah pabrik yang berdiri tak jauh dari Kampung Buaran Jaya.

"Dulu mendingan. Yang sekarang jadi kantor kelurahan juga dulunya rawa. Dulu ada tempat-tempat yang bisa jadi penampungan air, sekarang sudah enggak punya," ujar dia.

"Dulu waktu masih belum banyak rumah mah enggak banjir. Sekarang kan sini rumah, sono pabrik, sini jalan raya, sono jalan kereta. Kepempet (terhimpit) kita. Makanya sekarang buat ngakalin (banjir), rumahnya tinggi-tinggi," Hardjiman menjelaskan.

Roy melontarkan pernyataan senada. Banjir besar mulai terjadi 2006-2007 ketika lahan tangkapan air menyusut.

Sebelumnya, seandainya hujan deras turun lebih dari sejam, permukiman mereka hanya akan digenangi air dengan kedalaman tak seberapa.

"Banjir dari dulu peraduan, antara gorong-gorong dan depan kali, tapi enggak parah karena masih ada resapan," jelas Roy.

"Tahun 2006-2007 mulai banjir-banjir gede. Dulunya cuma becek-becek luapan kecil dari kali (irigasi) depan," tutupnya.

Pabrik dan perumahan sangat kecil kemungkinannya dibongkar dan dikembalikan fungsi lahannya sebagai wilayah tangkapan air.

Roy dan Hardjiman hanya berharap, Pemerintah Kota Bekasi turun tangan buat memeriksa dan memperbaiki sistem gorong-gorong yang jadi biang kerok banjir setiap kali hujan deras turun.

"Harapannya perbaikan gorong-gorong. Soalnya di sana-sini kalau gorong-gorongnya ditutup kan enggak mau juga, pasti mereka ikut banjir," ujar Hardjiman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com