"Kalau gorong-gorongnya ditutup di kampung belakang (supaya air tidak mengalir ke Buaran Jaya), satpam kampung belakang akan banjir," imbuh pria yang mengaku telah bermukim di sana sejak 38 tahun silam.
Roy, warga RT 005/RW 008 Kampung Buaran Jaya menyebut, banjir gara-gara gorong-gorong yang tak sanggup membuang air itu mulai terjadi sejak 2017.
"Tapi kalau pembuangan gorong-gorong diperbesar, kampung ujung sananya akan banjir parah juga," kata Roy.
Banjir semenjak sawah jadi rumah dan pabrik
Hilangnya daerah tangkapan air juga menjadi alasan dibalik banjir yang melanda warga Kampung Buaran Jaya.
"Sebetulnya kan ini sebelumnya sawah irigasi. Sawah semua dulu. Kali di depan ini kan dulunya kali irigasi," jelas Hardjiman yang mengaku sudah bermukim di sana sejak 1982.
Selama 38 tahun, ia menyaksikan alih fungsi lahan yang mulanya berperan menangkap air berubah jadi beton, mulai dari perumahan hingga sejumlah pabrik yang berdiri tak jauh dari Kampung Buaran Jaya.
"Dulu mendingan. Yang sekarang jadi kantor kelurahan juga dulunya rawa. Dulu ada tempat-tempat yang bisa jadi penampungan air, sekarang sudah enggak punya," ujar dia.
"Dulu waktu masih belum banyak rumah mah enggak banjir. Sekarang kan sini rumah, sono pabrik, sini jalan raya, sono jalan kereta. Kepempet (terhimpit) kita. Makanya sekarang buat ngakalin (banjir), rumahnya tinggi-tinggi," Hardjiman menjelaskan.
Roy melontarkan pernyataan senada. Banjir besar mulai terjadi 2006-2007 ketika lahan tangkapan air menyusut.
Sebelumnya, seandainya hujan deras turun lebih dari sejam, permukiman mereka hanya akan digenangi air dengan kedalaman tak seberapa.
"Banjir dari dulu peraduan, antara gorong-gorong dan depan kali, tapi enggak parah karena masih ada resapan," jelas Roy.
"Tahun 2006-2007 mulai banjir-banjir gede. Dulunya cuma becek-becek luapan kecil dari kali (irigasi) depan," tutupnya.
Pabrik dan perumahan sangat kecil kemungkinannya dibongkar dan dikembalikan fungsi lahannya sebagai wilayah tangkapan air.
Roy dan Hardjiman hanya berharap, Pemerintah Kota Bekasi turun tangan buat memeriksa dan memperbaiki sistem gorong-gorong yang jadi biang kerok banjir setiap kali hujan deras turun.
"Harapannya perbaikan gorong-gorong. Soalnya di sana-sini kalau gorong-gorongnya ditutup kan enggak mau juga, pasti mereka ikut banjir," ujar Hardjiman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.