"Menurut saya kalau terjadi pertarungan politik (pengambilan voting), maka PKS akan terjungkal," kata dia.
Terjungkal karena begitu lemahnya posisi angka yang bisa didapat PKS dalam mekanisme voting nanti.
Dia menilai, kesolidan koalisi PDI-P dengan Gerindra di tingkat pusat akan mempengaruhi perolehan suara yang akan terjadi dalam pemilihan wagub mendatang.
"Prediksi saya kalau terjadi voting, yang akan menang adalah Riza Patria dari Gerindra. Karena konstelasi politik di tingkat nasional akan berpengaruh dan berperan di tingkat pemilihan Wagub DKI," kata dia.
Dari 106 kursi di DPRD DKI Jakarta, terdapat 10 partai politik yang kini sudah terbagi menjadi dua peta politik di kanca nasional.
Baca juga: Respons Ahmad Syaikhu Gagal Jadi Wagub Jakarta, Legawa hingga Kritik DPRD DKI
Jika dengana asumsi peta politik tingkat nasional solid di tingkat DPRD DKI Jakarta, maka ada tujuh partai yang sudah dipastikan mendukung calon yang diusulkan Gerindra.
Ketujuh partai tersebut adalah PDI-P dengan 25 kursi, Gerindra dengan 19 kursi, PSI dengan 8 kursi, Nasdem 7 kursi, PKB 5 kursi, Golkar 6 kursi, dan PPP 1 kursi.
Total kursi dari koalisi tersebut adalah 71 kursi dari 106 kursi atau 67 persen dari kursi yang ada di DPRD DKI Jakarta.
Berbeda dengan partai di luar koalisi pemerintah pusat.
Hanya ada tiga partai yang kini tidak bergabung di dalam lingkaran koalisi dinilai tak bisa menandingi jumlah kursi jika pemilihan Wagub berakhir dengan mekanisme voting.
Baca juga: Dua Calon Baru Diajukan, DPRD Janji Kebut Pemilihan Wagub DKI
PKS sendiri sebagai pengusung nama calon memiliki 16 kursi, diikuti dua partai di luar koalisi yakni Demokrat dengan 10 kursi dan PAN 9 kursi.
Ketiga partai ini hanya mengantongi 33 persen jumlah kursi di DPRD DKI Jakarta, atau sebanyak 35 kursi dari 106 kursi yang ada.
Itu terjadi jika Demokrat dan PAN berbaik hati menyumbangkan suaranya untuk PKS. Jika tidak, PKS hanya akan memeroleh 15 persen.
Sedangkan sisa suara yang mencapai 85 persen itu akan dilahap oleh koalisi Gerindra Cs.
Namun, namanya politik, tak ada yang pasti. Menit-menit akhir hitung-hitungan ini bisa saja berubah. Jika awalnya kawan, bisa jadi lawan.
Semua politisi tentu menyadari dalam politik tak ada kawan atau lawan yang abadi. Yang abadi hanyalah kepentingan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.