Setelah berusia lebih dari seratus tahun atau tepatnya 1844 Masehi, kelenteng direnovasi besar-besaran.
Baca juga: [BERITA FOTO] Menengok Persiapan Imlek di Hok Lay Kiong, Klenteng Terbesar di Kota Bekasi
Patung dewa-dewi yang berada di kelenteng kemudian dipindahkan sementara ke kelenteng Boen San Bio hingga masa pengerjaan selesai.
Pada saat pengerjaan selesai, patung yang dititipkan di kelenteng Boen San Bio kemudian diarak ke kelenteng Boen Tek Bio, bertepatan di tahun naga.
Tradisi arak-arakan dewa-dewi tersebut kemudian dibuat berulang 12 tahun sekali setiap tahun Naga.
Terakhir, kata Ruby, arak-arakan yang kini dikenal dengan kirab budaya Kota Tangerang diselenggarakan 2012 silam.
"Kita akan adakan nanti di tahun 2024, empat tahun lagi," tutur Ruby.
Kelenteng tersebut ternyata bukan satu-satunya bangunan cagar budaya yang dimiliki Kota Tangerang di kawasan Pasar Lama.
Di sebelah kelenteng ada rumah seorang warga Tionghoa yang dijadikan museum bernama Benteng Heritage.
Baca juga: Jelang Imlek, Seluruh Lampion Klenteng Petak Sembilan Dicuci Bersih
Bangunan lainnya berada sekitar 84 meter ke arah barat Kelenteng.
Di sana, berdiri sebuah masjid berwarna hijau muda dengan menara berbentuk seperti pagoda.
Masjid Jami Kali Pasir namanya.
Didirikan terpaut belasan tahun dari Kelenteng Boen Tek Bio.
Selama ratusan tahun, dua bangunan ini berdiri beriringan tanpa adanya konflik persinggungan antara kedua kelompok masyarakat yang berbeda keyakinan.
Ruby bercerita, eratnya tali persaudaraan masyarakat setempat yang memeluk agama Islam dengan etnis Tionghoa yang ada di sekitar Boen Tek Bio pernah diuji oleh orang gangguan jiwa yang melakukan kekerasan kepada orang muslim di Kali Pasir.
"Pernah, beberapa waktu lalu ada orang tidak waras yang sering ke Kelenteng, suatu hari dia menusuk (dengan benda tajam) masyarakat sebelah (Kali Pasir)," kata Ruby.