Saat itu, Bung Karno sangat tertarik dengan ide "Tugu Nasional" sebagai pengingat dan pembangkit semangat pemuda Indonesia di masa depan atas patriot bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan.
Ide awal tugu setinggi 45 meter kemudian diubah Soekarno yang menginginkan tinggi Tugu Monas menjadi lebih dari 100 meter.
Soekarno juga mengubah apa yang sebelumnya jadi rencana Panitia Tugu Nasional yang merencanakan Tugu Nasional hanya sebagai tempat penyimpanan bendera pusaka Merah Putih.
"Di dalamnya harus ada museumnya, dindingnya harus diukir, harus ada lift yang dapat membawa pengunjung untuk melihat Kota Jakarta dari atas puncak Tugu," kata Sudiro mengulang perintah Soekarno.
Permintaan Presiden tersebut bikin Panitia Tugu Monas pening kepalanya. Ide awal yang sederhana kini menjadi fantastis karena campur tangan Bung Karno.
Baca juga: Setneg: Revitalisasi Monas Belum Kantongi Izin
Akhirnya proyek Monumen Nasional tersebut resmi diambil alih pemerintah tahun 1959 setelah keluar Keputusan Presiden RI Tanggal 30 Agustus 1959 yang melengserkan satu persatu panitia awal yang sudah terbentuk dan menempatkan orang-orang pemerintahan di panitia pembangunan Monumen Nasional tersebut.
Belum genap dua tahun, pada 8 April 1961 kembali dikeluarkan Keputusan Presiden untuk mengganti seluruh panitia lama dan memasukan pejabat-pejabat pemerintahan dalam posisi panitia yang baru.
Soekarno kemudian menghendaki pembangunan Monas dilakukan sendiri oleh para pejuang Indonesia.
Tetapi kehendak itu kemudian berubah di awal tahun 1962.
Mesin-mesin dan arsitek dari Jepang mengambil alih pengerjaan Monumen Nasional.
"(Monumen Nasional) sebagian pekerjaan dilakukan oleh tim pekerja Jepang. (Monas dikerjakan) justru oleh suatu bangsa yang pernah menjajah Rakyat Indonesia," tulis Sudiro.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.