JAKARTA, KOMPAS.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengkritik langkah Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang menebang ratusan pohon di Monas dalam rangka revitalisasi.
Menurut Direktur Eksekutif Walhi Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi, saat ini Pemprov DKI Jakarta saja masih sulit mencapai target 30 persen ruang terbuka hijau (RTH).
"Sebenarnya yang harus dilakukan Pemprov DKI Jakarta adalah menambah RTH, mengingat baru 9 persen. Kita menduga pemerintah ini tidak mampu memenuhi RTH tapi kemudian fokus pada revitalisasi," kata Tubagus saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/1/2020).
Baca juga: Fakta Baru Revitalisasi Monas: Diminta Dihentikan karena Tak Berizin hingga Pohon Menghilang
Tubagus mengaku miris melihat langkah Pemprov yang menebangi pohon di saat Jakarta sangat membutuhkannya.
Padahal, dampak dari kurangnya RTH di Jakarta bahkan sudah dirasakan nyata oleh setiap warga, yakni banjir dan meningkatnya polusi udara.
"Kita rasakan betul kerusakan ekologis Jakarta. Kan terlihat betul, banjir dan polusi udara segala macem, dan justru Pemprov DKI menebang pohon ," ujar Tubagus.
Ia juga sempat menyinggung pernyataan dari Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI Jakarta Heru Hermawanto yang menyebut konsep asli Monas yang seharusnya berupa plaza.
"Kita enggak habis pikir, kok bisa mereka ngomong seperti begitu. Orang kita butuh pohon tapi dia bicaranya seperti itu kan enggak tepat betul," tutur Tubagus.
Baca juga: Sejarawan: Anies Salah Paham soal Revitalisasi Monas
Walhi lantas berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera menghentikan proyek revitalisasi tersebut dan kembali menanam pohon-pohon yang ditebang.
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta merevitalisasi kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat.
Revitalisasi dimulai setelah penandatanganan kontrak dengan pemenang lelang PT Bahana Prima Nusantara pada November 2019
Menurut Kepala UPT Monas Isa Sanuri, ada 205 pohon yang ditebang di area revitalisasi pelataran sisi selatan Monas.
Rinciannya, 150 pohon ukuran besar dan 55 ukuran pohon kecil.
"Itu sebenarnya bukan ditebang begitu saja. Jadi pohon-pohon itu akan dipindahkan. Kalau tidak bisa dipindahkan akan kami buat baru (pohon-pohon)," kata Isa, Senin (20/1/2020).
Namun berdasarkan pantauan di lokasi, tidak ditemukan pemindahan pohon-pohon besar tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.