Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/01/2020, 17:50 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - "Kita mah senang-senang saja. Gitu aja repot," demikian seloroh Abdul (44) ketika diwawancarai Kompas.com perihal pekerjaannya di Klenteng Hok Lay Kiong, Bekasi, Rabu (22/1/2020).

Seloroh Abdul itu muncul ketika wartawan bertanya soal kemungkinan adanya "konflik batin" yang terselip pada hatinya sebagai seorang muslim, lantaran puluhan tahun menyiapkan Imlek di Klenteng Hok Lay Kiong.

Sontak, kelakar Abdul terdengar segendang sepenarian dengan jargon andalan Presiden ke-3 RI Abdurrahman Wahid.

Baca juga: Rayakan Imlek, PKB Kenang Jasa Gus Dur Hapus Diskriminasi

"Gitu aja kok repot!" begitu sang begawan pluralisme senantiasa membikin kita berpikir ulang akan betapa sepelenya suatu masalah yang dianggap rumit.

Suasana wawancara Abdul saat itu memang seirama dengan suasana indahnya keberagaman yang diperjuangkan Abdurrahman Wahid seumur hidupnya.

Entah kebetulan atau bukan, Abdul dan Abdurrahman Wahid seperti memiliki beragam pertautan, selain kemiripan nama keduanya.

Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, seorang cucu pendiri Nahdlatul Ulama, seorang kyai, seorang pelintas batas-batas identitas.

Ia bersahabat dengan tokoh lintas agama. Ia membela Ahmadiyah. Ia datang ke gereja. Ia mengakui Konghucu sebagai agama di Republik ini.

Juga, semua tahu, kemeriahan Imlek dewasa ini di Indonesia dibuat mungkin sejak Gus Dur meraih tampuk kepemimpinan sebagai presiden.

Baca juga: Aneka Pasang Mata di Balik Lilin Raksasa

Zaman Soeharto, waktu Imlek tiba, kalangan Tionghoa cuma punya dua pilihan: merayakannya secara diam-diam atau cari masalah dengan aparat.

Lalu, di sini pula lah Abdul, seolah jadi penjelmaan Gus Dur yang hobi melintas batas antarbudaya, bahkan antariman --seorang muslim yang setia mengurus dupa, tak pernah lewat membersihkan patung-patung dewa-dewi, serta menjaga klenteng, rumah ibadah umat Tridharma (Konghucu, Buddhisme, dan Taoisme).

Tionghoa maupun pribumi bermasyarakat semuanya

Di Bekasi bukannya tak ada kalangan Tionghoa.

Ketua Yayasan Pancaran Tridharma Bekasi Ronny Hermawan yang menaungi kepengurusan Klenteng Hok Lay Kiong menyatakan, kalangan Tionghoa menetap di Bekasi sejak peristiwa pembantaian di Batavia pada 1740.

Informasi itu ia peroleh dari kisah turun-temurun.

"Kaum pelarian itu menyebar ke beberapa daerah, di antaranya Kota Bekasi, Cikarang, dan Karawang," ujar Ronny sebagaimana diberitakan Harian Kompas, 6 Februari 2019.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Rute Mikrotrans JAK47 Pasar Minggu-Ciganjur via Ragunan

Rute Mikrotrans JAK47 Pasar Minggu-Ciganjur via Ragunan

Megapolitan
Bocah 11 Tahun yang Tenggelam di Kali Angke Belum Ditemukan, Pencarian Dilanjutkan Besok

Bocah 11 Tahun yang Tenggelam di Kali Angke Belum Ditemukan, Pencarian Dilanjutkan Besok

Megapolitan
Toyota Vellfire Tabrak Truk di Tol Slipi, Pengemudi Meninggal Dunia

Toyota Vellfire Tabrak Truk di Tol Slipi, Pengemudi Meninggal Dunia

Megapolitan
Tim Gegana Cek Air Tercemar Limbah Busa di Kali Baru Cimanggis, Nihil Kandungan Berbahaya

Tim Gegana Cek Air Tercemar Limbah Busa di Kali Baru Cimanggis, Nihil Kandungan Berbahaya

Megapolitan
Dinkes DKI Suntik Dosis Kedua Vaksin Cacar Monyet ke 411 Orang

Dinkes DKI Suntik Dosis Kedua Vaksin Cacar Monyet ke 411 Orang

Megapolitan
Pegawai Minimarket di Depok Curi Uang Rp 43 Juta untuk Judi Online

Pegawai Minimarket di Depok Curi Uang Rp 43 Juta untuk Judi Online

Megapolitan
Soal Arah Politik PA 212 di Pilpres 2024, Novel Bamukmin: Ada Hasil Ijtima Ulama, Sudah Jelas

Soal Arah Politik PA 212 di Pilpres 2024, Novel Bamukmin: Ada Hasil Ijtima Ulama, Sudah Jelas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Ketahuan Colong Besi Rel Kereta Bekas di Palmerah

Komplotan Pencuri Ketahuan Colong Besi Rel Kereta Bekas di Palmerah

Megapolitan
Kronologi Begal Lukai Pemuda yang Motornya Mogok, Berujung Ditangkap Orangtua Korban

Kronologi Begal Lukai Pemuda yang Motornya Mogok, Berujung Ditangkap Orangtua Korban

Megapolitan
Pengurus Masjid di Tanjung Priok Pastikan Seleksi Calon Relawan Sebelum Diberangkatkan ke Palestina

Pengurus Masjid di Tanjung Priok Pastikan Seleksi Calon Relawan Sebelum Diberangkatkan ke Palestina

Megapolitan
Pria Hendak Masturbasi di Transjakarta Tak Dilaporkan karena Diduga Berkebutuhan Khusus

Pria Hendak Masturbasi di Transjakarta Tak Dilaporkan karena Diduga Berkebutuhan Khusus

Megapolitan
Lapak di Duren Sawit Terbakar, Diduga akibat Pembakaran Barang Bekas

Lapak di Duren Sawit Terbakar, Diduga akibat Pembakaran Barang Bekas

Megapolitan
Bandit yang Lukai Pengendara Motor di Bekasi Ditangkap Orangtua Korban

Bandit yang Lukai Pengendara Motor di Bekasi Ditangkap Orangtua Korban

Megapolitan
Seorang Pria Diduga Hendak Masturbasi di Bus Transjakarta

Seorang Pria Diduga Hendak Masturbasi di Bus Transjakarta

Megapolitan
Tidak Undang Capres-Cawapres ke Munajat 212, Novel Bamukmin: Kami Tidak Ingin Dicampurkan Urusan Politik

Tidak Undang Capres-Cawapres ke Munajat 212, Novel Bamukmin: Kami Tidak Ingin Dicampurkan Urusan Politik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com