Dengan penuh keangkuhan, Gubernur Adrian Vlocknaier mengeluarkan peraturan pada tanggal 10 Oktober 1740 yang berbunyi “Bunuh dan bantai orang – orang China”.
Sekitar 10.000 orang jadi korban.
Baca selengkapnya di sini.
Sejarawan JJ Rizal mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta salah paham jika hendak merevitalisasi Monas dengan cara penebangan pohon dan membuat kawasan Monas sangat terbuka untuk berbagai kegiatan.
"Salah paham misalnya begini. Monas itu ruang sakral, jadi di samping keramaian (kota Jakarta), kita perlu kesunyian untuk merenung," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/1/2020).
JJ Rizal menjelaskan, Soekarno membuat kawasan Monas sebagai pusat ketenangan kota di mana setiap pengunjung bisa belajar tentang Indonesia di Monas.
Monas itu sebagai sentral, kata dia, pusat dari jiwa nasional Indonesia di mana di dalam Monas bisa dilihat bagaimana perjalanan Indonesia terbentuk.
"Karena itu Monas itu dibayangkan menjadi ruang orang bisa masuk belajar menjadi orang Indonesia," kata dia.
Namun saat ini, kata Rizal, makna dari sebuah kawasan Monumen Nasional bergeser menjadi ruang publik tanpa makna dan sebatas menjadi tempat rekreasi.
"Segala kepentingan bisa masuk, mulai dari zikir bersama, ultah TNI, perayaan natal, kampanye produk biskuit bisa di situ. Itu menurut saya, salah paham," kata dia.
Baca selengkapnya di sini.
Saksi mata aksi masturbasi seorang pemotor di bawah jembatan penyeberangan orang (JPO) Ahmad Yani, Bekasi Barat, mengaku resah dengan apa yang ia lihat pada Kamis (23/1/2020) siang tadi.
Pasalnya, ia menyebut kejadian pornoaksi tersebut sudah sering terjadi di tempat yang sama.
"Sudah meresahkan sekali. Sudah bertahun-tahun kejadian seperti itu di sini," ujar saksi Yani, wanita yang minta namanya dirahasiakan, Kamis sore.
Yani merupakan seorang karyawati yang kantornya ada di kompleks ruko seberang RS Mitra Keluarga.