Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KLARIFIKASI] Spanduk Tolak Mandikan Jenazah Pendukung Pembangunan Gereja di Serpong

Kompas.com - 24/01/2020, 08:26 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Foto spanduk tolak memandikan jenazah untuk warga yang mendukung pembangunan Gereja di kawasan Pondok Jagung Timur, Kecamatan Serpong Utara, Tangerang Selatan, kembali viral di media sosial.

Terlihat dalam foto itu, spanduk itu menempel di masjid Al-Hidayah yang lokasinya tak jauh dari sekitar proyek pembangunan gereja.

Spanduk tersebut bertuliskan 'Para Amil, Ustad, Ustadjah, Pondok Jagung Timur Dengan ini Menyatakan: Tidak Akan Mengurusi Jenazah (memandikan, mengkafani, mensholatkan, menguburkan & mentahlilkan) Orang-orang Yang Terbukti Mendukung/Menyetujui Pembangunan Gereja di RT 003/02 Pondok Jagung Timur'

Baca juga: Viral Spanduk Tolak Mandikan Jenazah karena Dukung Pembangunan Gereja di Serpong, Ini Faktanya

Spanduk tahun 2012

Ketua RW 02 Pondok Jagung Timur, Suparjo Saputra mengatakan, spanduk tersebut muncul sekitar tahun 2012.

Saat itu memang ada proses pembangunan Gereja yang kontruksi bangunannya sudah berdiri.

"Itu kejadian sudah lama sekitar tahun 2012 di mana saya baru menjabat. Saat itu memang ada proses pembangunan Gereja kontruksinya sudah ada," ujar Suparjo saat ditemui di lokasi, Kamis (23/1/2020).

Menurut Suparjo, penolakan pembangunan Gereja dinilai karena lokasinya yang masuk wilayah perkampungan.

"Ini bukan masalah bermasah, tapi memang lingkungan perkampungan dan masyarakat juga tidak begitu paham tau-tau pada saat itu sudah ada pondasi," katanya.

Suparjo mengaku kaget dengan beredarnya kembali foto spanduk itu. Banyak pihak yang menghubunginya melalui telepon mempertanyakan foto tersebut.

Baca juga: Kemenag Tangsel Minta Polisi Usut Penyebar Foto Lama Spanduk Tolak Mandikan Jenazah di Serpong Utara

Namun, Suparjo telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian.

"Iya saya baru tau tadi ya. Kebetulan tadi Babinsa dan Bhinmas Polsek Serpong hubungi saya. saya bilang itu kejadian itu sudah lama tahun 2012 itu," ucapnya.

Saat ini, kata Suparjo, proses pembangunan Gereja sudah tidak dilakukan. Lahan tersebut telah kosong dengan dipenuhi dengan pohon-pohon rimbun.

"Sekarang udah nggak ada. Jadi lahan kosong tempat (pembangunan gereja) itu. Banyak pohon-pohon sekarang," tutupnya.

Polisi selidiki

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan, Abdul Rojak menanggapi beredarnya kembali spanduk tolak memandikan jenazah tersebut.

Rojak meminta polisi mengusut tuntas penyebar foto spanduk hingga ramai di media sosial.

"Usut aja sama Polisi siapa yang menyebarkan (foto spanduk) di media sosial, " ujar Rojak.

Munculnya foto tersebut dapat kembali menggiring opini masyarakat. Menurut Rojak, saat ini suasana sudah kondusif.

"Itu kan masalahnya sudah lama. Dan saat ini permasalahan itu sudah selesai," ucapnya.

Sementara itu, Kepolisian Sektor (Polsek) Serpong masih mendalami kasus tersebut.

Kapolsek Serpong Kompol Stephanus Luckyto mengatakan, jajarannya telah memintai keterangan saksi dari Dewan Kemakmuran masjid dan warga setempat.

"Kita akan mendalami kembali kasus ini. Sekaligus koordinasi dengan pihak DKM," ujarnya.

Menurut Luckyto, jika dalam penyelidikan spanduk kecaman tersebut ditemukan keresahan dan kerugian, maka anggotanya akan menindak penyebar foto tersebut.

"Bilamana sudah menimbulkan keresahan dan kerugian di masyakarat tentu kita akan melakukan langkah-langkah. Dengan kita arahkan dulu untuk membuat laporan, " tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pakai Pelat Palsu TNI, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Terancam 6 Tahun Penjara

Pakai Pelat Palsu TNI, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Cerita Warga 'Numpang' KTP DKI, Bandingkan Layanan Kesehatan di Jakarta dan Pinggiran Ibu Kota

Cerita Warga "Numpang" KTP DKI, Bandingkan Layanan Kesehatan di Jakarta dan Pinggiran Ibu Kota

Megapolitan
Gerindra Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Jadi Pendaftar Pertama

Gerindra Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Jadi Pendaftar Pertama

Megapolitan
Heru Budi: Normalisasi Ciliwung Masuk Tahap Pembayaran Pembebasan Lahan

Heru Budi: Normalisasi Ciliwung Masuk Tahap Pembayaran Pembebasan Lahan

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Pakai Pelat Palsu TNI untuk Hindari Ganjil Genap di Tol

Pengemudi Fortuner Arogan Pakai Pelat Palsu TNI untuk Hindari Ganjil Genap di Tol

Megapolitan
Dua Kecamatan di Jaksel Nol Kasus DBD, Dinkes: Berkat PSN dan Pengasapan

Dua Kecamatan di Jaksel Nol Kasus DBD, Dinkes: Berkat PSN dan Pengasapan

Megapolitan
Gerindra Buka Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Tanpa Syarat Khusus

Gerindra Buka Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Tanpa Syarat Khusus

Megapolitan
Kronologi Remaja Dianiaya Mantan Sang Pacar hingga Luka-luka di Koja

Kronologi Remaja Dianiaya Mantan Sang Pacar hingga Luka-luka di Koja

Megapolitan
Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Megapolitan
Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Megapolitan
Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Megapolitan
Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Megapolitan
Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com