Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[BERITA FOTO] Bumi Tak Pilih Kasih di Kuburan China

Kompas.com - 24/01/2020, 23:57 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Jumat (24/1/2020) sore itu tak banyak peziarah di TPU Penggilingan Baru, kuburan china di Bekasi Utara. Pohon tua menyambut di muka gerbang.

Sehari jelang Imlek, kalangan Tionghoa, apa pun agamanya, punya tradisi bersembahyang arwah, berharap agar para leluhur beroleh selamat di alam barzakh. Tetapi, Jumat sore itu, sehari jelang Imlek 2571, hujan melunturkan semuanya.

Makam-makam china di tepi Jalan Raya Perjuangan itu sepi. Baru beberapa makam saja yang telah ditancap hio. Belukar menyeruak di jalan-jalan setapak.

Baca juga: 100 Personel Gabungan Jaga Wihara Dharma Bakti Saat Imlek

Semak belukar, potongan ranting pohon, menyelimuti nisan-nisan khas kuburan cina di TPU Penggilingan Baru, Bekasi Utara, sehari jelang Imlek 2571, Jumat (24/1/2020).KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN Semak belukar, potongan ranting pohon, menyelimuti nisan-nisan khas kuburan cina di TPU Penggilingan Baru, Bekasi Utara, sehari jelang Imlek 2571, Jumat (24/1/2020).

Saat Kompas.com menyambanginya, cuma ada satu orang di sana. Ia bukan peziarah, Suwanda (75) namanya, juru kunci makam sejak 1970.

"Ini (area depan) dulu lapangan bola. Tempat nanem singkong, jagung. Begitu penuh ya ini (area depan) diisi. Enggak tahu sekarang berapa makam. Enggak sanggup ngitungnya, acak-acakan. Kayaknya hampir seribu," kata Wanda.

Baca juga: 100 Personel Gabungan Jaga Wihara Dharma Bakti Saat Imlek

"Di sini arah makamnya ikut sesuai arah rumah semasa hidupnya," imbuhnya.

Dengan topi rimba bercokol di kepalanya, Wanda, panggilan akrabnya, hafal betul siapa-siapa saja yang dimakamkan, termasuk di mana saja makamnya, di TPU seluas 12 hektar itu.

Suwanda (75), pria yang sudah 50 tahun menjaga makam-makam di perkuburan cina TPU Penggilingan Baru, Bekasi Utara, sehari jelang Imlek 2571, Jumat (24/1/2020).KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN Suwanda (75), pria yang sudah 50 tahun menjaga makam-makam di perkuburan cina TPU Penggilingan Baru, Bekasi Utara, sehari jelang Imlek 2571, Jumat (24/1/2020).

Ada dukun, ada orang baik, ada bayi, ada orang kaya, ada orang berusia 104 tahun, dan macam-macam predikat lain yang disebut Wanda, yang jasadnya tersimpan di sana. Nyaris semua orang Bekasi.

Wanda pun tak pakai meraba-raba kala menuntun wartawan, meski mesti menyibak semak-semak yang belum dibersihkan, menghampiri makam tertua di TPU yang dikelola Yayasan Pancaran Tridharma Bekasi ini.

Tugu berhias aneka ornamen raga memayungi makam tiga susun di perkuburan cina TPU Penggilingan Baru, Bekasi Utara, sehari jelang Imlek 2571, Jumat (24/1/2020).KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN Tugu berhias aneka ornamen raga memayungi makam tiga susun di perkuburan cina TPU Penggilingan Baru, Bekasi Utara, sehari jelang Imlek 2571, Jumat (24/1/2020).

"Dia nyumbang tanah buat kuburan ini," kata Wanda di depan gundukan raksasa berselimut rumput, dengan nisan tertancap bertarikh 1911.

Makam itu kontras dibandingkan makam-makam china lain yang meriah: dinaungi atap, dihiasi ornamen naga, dan nisan besarnya -- bongpai -- dibangun dengan marmer aneka warna.

Baca juga: Wihara Bahtera Bakti di Ancol Tergenang Jelang Imlek, Pengurus Sibuk Kuras Air

Pewarnaan yang detail pada nisan-nisan raksasa atau bongpai makam seorang Tionghoa-Buddhis di perkuburan cina di TPU Penggilingan Baru, Bekasi Utara, sehari jelang Imlek 2571, Jumat (24/1/2020).KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN Pewarnaan yang detail pada nisan-nisan raksasa atau bongpai makam seorang Tionghoa-Buddhis di perkuburan cina di TPU Penggilingan Baru, Bekasi Utara, sehari jelang Imlek 2571, Jumat (24/1/2020).

Apalagi, jika dibandingkan dengan makam-makam muda yang rata-rata baru dibangun sekitar 2010. Ornamen dan keramiknya masih segar menyala, nama mendiang belum luntur digempur cuaca.

"Ini saya yang gosok pakai batu gerinda. Nisan sih keluarga yang beli, kami yang bikin dibikin kaya bangunan rumah. Yang gede bisa 1,5 bulan baru jadi," kata Wanda.

Tak ada pengelompokan seperti klaster makam orang tajir dan orang miskin di sini. Makam tiga susun dengan tugu naga yang serupa mausoleum, dengan dindingnya dirajah ukiran nuansa alam China, berdiri berdampingan dengan makam sederhana berkeramik putih.

Nisan bertarikh 1911 menandai makam tertua yang desainnya tampak kontras dengan aneka nisan-nisan modern di perkuburan cina TPU Penggilingan Baru, Bekasi Utara, sehari jelang Imlek 2571, Jumat (24/1/2020).KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN Nisan bertarikh 1911 menandai makam tertua yang desainnya tampak kontras dengan aneka nisan-nisan modern di perkuburan cina TPU Penggilingan Baru, Bekasi Utara, sehari jelang Imlek 2571, Jumat (24/1/2020).

Semua nisan memuat inti yang sama: nama mendiang ditambah daftar kerabat dan keturunan, baik dalam bahasa Indonesia maupun aksara Mandarin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com