"Di sana, mereka membuka perkebunan tebu dan persawahan baru hingga meraih kesuksesan secara finansial. Bisa jadi mereka juga menepi ke Bekasi," ujar Windoro Adi sebagaimana dilaporkan harian Kompas, 6 Februari 2019.
Windoro bilang, kalangan Tionghoa yang kemudian dijuluki sebagai "China Udik" ini mulai membangun kehidupan baru di tempat baru.
Jadilah kawasan pecinan, yang rata-rata ditandai dengan berdirinya kelenteng.
Di Kota Bekasi sendiri, kawasan "Pasar Proyek" acap kali dianggap sebagai pecinan Bekasi. Anggapan ini tak sepenuhnya keliru, meski sejarawan Bekasi, Ali Anwar, mengaku tak setuju.
Baca juga: Menengok Gereja Santa Maria de Fatima di Petak Sembilan yang Menyerupai Kelenteng
Berdirinya Kelenteng Hok Lay Kiong, kelenteng paling besar sekaligus paling tua seantero Kota Bekasi di sekitar kawasan Pasar Proyek, jadi bukti bahwa kawasan di tepi Kali Bekasi itu memang banyak didiami kalangan Tionghoa.
"Mereka bergabung dengan masyarakat Bekasi yang kebanyakan berkonsentrasi di Pasar Bekasi atau yang sekarang disebut Pasar Proyek. Dulu, di situ bukan hanya orang Tionghoa, itu juga Arab ada, Sunda, Jawa sudah ada sebelumnya," jelas Ali Anwar, Jumat (24/1/2020).
Wilayah Pasar Proyek jadi sasaran karena ia merupakan kawasan pasar paling aktif seantero Bekasi kala itu.
Kedekatannya dengan sungai menjadi kunci. Selain karena peradaban manusia hampir selalu berkembang di tepi sungai, pada Zaman Kolonial, sungai juga merupakan sarana transportasi utama, dengan perahu sebagai moda andalan.
Baca juga: Saat Imlek, 250 Polisi Dikerahkan ke Kelenteng dan Wihara di Bekasi
Sungai menjelma urat nadi kehidupan niaga. Berbagai jenis komoditas, utamanya hasil bumi, diperdagangkan di tepi sungai.
Dengan berbagai keadaan tadi, tentu Pasar Proyek di tepi Kali Bekasi jadi lokasi strategis bagi kalangan Tionghoa bermukim.
"Apalagi, mereka (kalangan Tionghoa) kan sebagian besar memang pedagang, petani. Pasar proyek dulunya pasar terbesar di Bekasi," kata Ali.
Akan tetapi, di Bekasi, kalangan Tionghoa bukan hanya menetap di area yang kini masuk sebagai wilayah administratif Kota Bekasi.
Ali Anwar menyebut, mereka juga mendiami beberapa lokasi di wilayah Kabupaten Bekasi, misalnya di Babelan, Tambun, Pebayuran, sampai Cibarusah.