JAKARTA, KOMPAS.com - Bicara soal kisah masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia, ternyata memiliki sejarah yang panjang.
Kehidupan etnis Tionghoa di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan kolonial Belanda.
Dikutip dari buku "Waktu Belanda Mabuk Lahirlah Batavia" yang ditulis Alwi Shahab, pada zaman kolonial Belanda, warga etnis Tionghoa yang hingga kini masih disegani, ialah Souw Beng Kong.
Dia merupakan salah satu orang yang masuk dalam sekumpulan imigran awal etnis Tionghoa di Batavia (kini Jakarta).
Baca juga: Asal Usul Etnis Tionghoa di Bekasi, Berawal dari Pemberontakan di Batavia
Berkat kedekatannya dengan Gubernur Batavia saat itu Jenderal JP Coen, pada Oktober 1619, Souw diangkat menjadi kapitan Cina atau pemimpin pertama etnik Cina di Batavia.
"Coen sangat menyenangi orang Cina yang dinilai rajin, tidak kenal lelah, dan sangat terampil," tulis Alwi dalam bukunya.
Sebelum hijrah ke Batavia, Souw merupakan seorang saudagar di wilayah Banten. Di sana lah, Souw bertemu dan berteman dengan Coen.
Coen pula yang mengajak Souw pindah ke Batavia, untuk ikut memajukan perekonomian Batavia.
Pindah ke Batavia, Souw membawa sekitar 200 orang pengikutnya. Jumlah itu meningkat menjadi lebih dari 3.000 jiwa dalam waktu 30 tahun.
Baca juga: Mengenal Sejarah di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa
Menjadi Kapiten Cina Pertama di Batavia, Souw menjadi sangat kaya raya. Kekayaannya bersumber dari bisnis perniagaan, pengapalan, konstruksi, dan sejumlah perkebunan gula di Batavia.
Tidak hanya itu, berkat kekuasaannya menjadi Kapiten Cina, Souw juga menerima pajak yang dibayar masyarakat Cina.
"Souw membangun sebuah wisma mewah dekat kastil (benteng) di Prinsenstraat, Pasar Ikan, yang saat itu merupakan pusat kota Batavia. Di tempat ini Coen sering mengunjunginya untuk minum teh dan membicarakan perdagangan," tulis Alwi.
Souw meninggal dunia dan dimakamkan di Batavia pada 1644. Makamnya terletak di Jalan Taruna (kini Jalan Souw Beng Kong), Jakarta Barat, kurang lebih satu kilometer dari Stasiun Kereta Api Jakarta Kota.
Baca juga: Bukan Gong Xi Fa Cai, Begini Ucapan Tahun Baru Imlek Tempo Dulu
Kini, makam orang yang pernah berkuasa bak raja-raja mandarin itu hanya menyisakan sebuah batu nisan.
Hal itu karena seluruh bagian makam sudah menyatu dengan rumah penduduk.
Kondisi makam Souw dan kerabat-kerabatnya kini tidak terawat.
Berada di tengah-tengah rumah penduduk, bahkan ada yang terletak di tempat pembuangan limbah di sebuah rumah penduduk.
"Sampai pertengahan 1960-an, di tiga RT di kawasan ini seluruhnya tempat pemakaman orang-orang Cina," kata sejumlah orang tua di sini, yang ditulis Alwi dalam bukunya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.