JAKARTA, KOMPAS.com - Terdapat sebuah bangunan berbentuk ruko berlantai empat di Jalan Lautze, Karanganyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Siapa sangka, bangunan itu adalah masjid yang didirikan warga keturunan Tionghoa.
Bentuknya tidak seperti masjid pada umumnya yang dilengkapi kubah dan menara.
Yusman salah satu pengurus masjid mengatakan Masjid Lautze ini pertama kali didirikan oleh Yayasan Haji Karim Oei.
Baca juga: Melihat Sembahyang Imlek di Wihara Dharma Bakti Petak Sembilan
"Sejarah tentang Masjid Lautze ini diawali dengan berdirinya Yayasan Haji Karim Oei dipakai nama yayasan karena seorang tokoh nasional keturunan China," kata Yusman, Jumat (24/1/2020) lalu.
Semasa hidupnya, Haji Karim Oei terus melakukan perjuangan di era Soekarno. Selain aktif dalam kenegaraan, Haji Karim juga aktif dalam keagamaan setelah memilih menjadi mualaf.
"Beliau tokoh agama, masuk Islam sebagai mualaf dia jadi tokoh agama kalau enggak salah memimpin Muhammadiyah tahun 1939 di Bengkulu. Beliau juga sebagai tokoh bangsa," kata Yusman.
Baca juga: Menengok Gereja Santa Maria de Fatima di Petak Sembilan yang Menyerupai Kelenteng
Haji Karim tutup usia pada tahun 1988. Untuk mengenang semua perjuangan Haji Karim, salah seorang anaknya yakni Alim Karim beserta sahabat-sahabatnya mendirikan yayasan.
Masjid Lautze pun diresmikan pada tahun 1991 oleh yayasan itu.
"Sahabat-sahabat beliau tokoh ormas islam dan tokoh-tokoh China muslim tentu bersama dengan anaknya Pak Alim Kariem Oei mendirikan satu yayasan sebagai dengan nama beliau Yayasan Haji Karim Oei," kaya Yusman.
Lanjut Yusman, pendirian yayasan di kawasan pecinan tersebut untuk menyampaikan dakwah ke warga keturunan Tionghoa.
"Tujuannya Ingin fokus sampaikan informasi Islam, karena memang di Indonesia waktu itu belum ada satu pun ormas Islam yang fokus mendakwahkan Islam ke etnis Tionghoa. Padahal mereka sangat potensial untuk mengenal tentang Islam sehingga dipilih di daerah pecinan," ucap Yusman.
Perpaduan warna merah, kuning, dan hijau sangat banyak terdapat di Masjid Lautze.
Masuk dari pintu depan, pengunjung akan melewati 4 pintu utama yang dicat berwarna merah. Usai melewati pintu, pengunjung akan menemui mimbar yang jadi satu dengan ruang utama.
Di sini nuansa hijau dan kuning terasa kental sekali. Belum lagi kaligrafi bertuliskan huruf arab dan tulisan cina terjejer rapih di dinding masjid.
Baca juga: Jejak Orang Tionghoa dalam Roti Gambang dan Es Teler
Naik kelantai dua, tata letaknya hampir sama seperti di lantai satu yakni terdapat ruangan untuk sholat dan tempat wudhu.
Lain halnya dengan lantai 3 yang dijadikan untuk kantor bagi para pengurus dalam mengurus segala bidang administrasi dan lantai empat yang digunakan sebagai ruang pertemuan.
Meski berada di kawasan pecinan, Masjid Lautze diterima baik di tengah-tengah masyarakat sejak berdiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.