Namun kala berlatih, pesawat yang dikendalikan Habibi hanya di ketinggian sekitar 2.000 kaki.
Menurutnya, standar latihan pesawat berada di 5.000 kaki ke bawah.
Selepas lulus, Habibi mendapatkan lisensi terbang.
Baca juga: Kisah Petugas PPSU Atasi Tawuran di Duri Pulo dan Diundang ke Seoul
Ia pun telah melamar ke berbagai maskapai penerbangan di Indonesia.
Ia mengatakan ada tiga maskapai ternama Indonesia yang diajukan akan tetapi lowongan itu sedang tak tersedia.
Berlarut-larut menunggu, Habibi memutuskan beralih profesi.
Ia memilih mengemban pendidikan lagi di sekolah penerbangan serupa untuk mengambil lisensi pemandu pesawat atau marshaller.
Selama dua bulan, Habibi bisa menamatkan pendidikan itu.
Baca juga: Jatuh Bangun Angga Rahmana, Petugas PPSU yang Kepeduliannya Membawa Ia ke Seoul
"Selepas lulus saya sempat bekerja di Bandara Hang Nadim sebagai pemandu pesawat dan helikopter selama satu tahun," ungkapnya.
Habibi merasakan bekerja di Batam berjarak jauh dengan rumah asalnya di kawasan Cinere.
Apalagi, ia bertemu jodoh di sana dan hendak menikah.
Ia memutuskan untuk meminta mutasi ke sekitaran pulau Jawa.
Namun, tak ada bandara di sana yang memiliki lowongan untuk pemandu pesawat.
"Akhirnya saya keluar," ujar dia.
Setelah menikah, Habibi pernah bekerja sebentar di sebuah perusahaan e-commerce.