JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik, Ray Rangkuti berpendapat bahwa kasus-kasus kontroversial di sekitar Pemprov DKI Jakarta belakangan ini merupakan wujud dari pengawasan birokrasi yang longgar.
Inilah yang ia duga jadi penyebab Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, tak mau buka mulut, meski kasus-kasus ini terus menggelinding jadi bola liar.
"Menurut saya untuk kasus-kasus belakangan ini, ada gejolak masalah di internal terkait sejauh apa Anies bisa mengontrol staf-stafnya. Mungkin karena itulah dia memilih diam karena memang ada unsur yang tidak dia kontrol," jelas Ray ketika dihubungi Kompas.com pada Kamis (6/2/2020) sore.
Baca juga: Ketika Sekda DKI Pasang Badan soal Revitalisasi Monas di Saat Anies Pilih Bungkam...
Pada isu-isu kontroversial sebelumnya, seperti isu reklamasi Teluk Jakarta dan izin PKL berdagang di trotoar, Anies tetap buka mulut kepada media massa.
Akan tetapi, pada isu-isu pamungkas seperti revitalisasi Monas dan pengangkatan terpidana jadi Direktur Utama PT Transjakarta, Anies bungkam.
Ray melihat, ada perbedaan duduk perkara pada dua contoh tadi. Pada contoh pertama, ia melihat bahwa sekontroversial apa pun isunya, hulu gagasan ada pada diri Anies.
"Kalau isu kontroversial itu berhubungan langsung dengan dirinya sendiri, atas dasar kebijakan yang memang ia lakukan, Anies akan keluar," jelas Ray.
"Tapi di dalam dua kasus yang terakhir ini, menurut saya itu bukan atas instruksinya Anies, walaupun ia membubuhkan tanda tangan. Tidak masuk akal pohon-pohon di Monas itu ditebang begitu saja dan kayunya sampai sekarang enggak ketahuan ada di mana," ia menambahkan.
Anies Baswedan terus bungkam pada publik ketika ditanya wartawan mengenai kasus-kasus kontroversial belakangan ini, utamanya revitalisasi Monas yang menuai intrik.
Baca juga: Anies Menghindar Saat Ditanya soal Revitalisasi Monas dan Eks Dirut Transjakarta Donny Saragih
Pada hari-hari eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI itu tutup mulut, Sekretaris Daerah DKi Jakarta Saefullah "pasang badan" membeberkan penjelasan pada awak media.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.