BEKASI, KOMPAS.com - Nurlela (42) mengaku hampir setiap hari berkomunikasi dengan putrinya, Musela Carentia alias Karen (19), yang kini berada di karantina di Pulau Natuna, Kepulauan Riau.
Karen merupakan mahasiswi asal Indonesia yang mendapat beasiswa belajar di Wuhan, Hubei, China. Seiring merebaknya virus corona di Wuhan, Karen terpaksa harus kembali dan kini masih harus melewati masa karantina di Natuna.
Nurlela mengatakan, tiap hari ia rutin menanyakan dan berkomunikasi dengan putrinya itu baik saat masih di Wuhan maupun kini di Natuna untuk memastikan kondisinya.
Baca juga: Khawatir Terpapar Virus Corona, Pasangan Muda Ini Nyaris Gagal Menikah
"Setiap hari teleponan saja, nanya kondisinya sehat atau tidak. Lalu apa saja kegiatannya di sana. Trus dia makan gimana," kata Nurlela di kediamannya di Jalan Haji Jamil, Desa Serang, Kecamatan Cikarang Selatan, Bekasi, Kamis (6/2/2020).
Nurlela mengaku cemas saat tahu virus corona menyebar di tempat anaknya belajar.
Ia sempat hendak meminta anaknya pulang dari Wuhan. Soalnya, kala itu anaknya sempat sakit demam, flu, dan pilek seperti ciri-ciri terkena virus corona.
"Cemas banget. Soalnya dia itu ngomong 'ma di sini lagi ada musim virus, virusnya berbahaya'. Terus saya bilang kakak hati-hati'. Mana waktu itu anak saya demam, pilek, batuk selama tiga hari, gejalanya kaya orang kena virus itu. Saya khawatir banget, akhirnya nyuruh dia ke dokter terus," kata dia.
Nurlela mengaku tambah khawatir setelah mendapar informasi dari televisi tentang kasus virus corona.
Ia tak bisa bayangkan anaknya terkena virus berbahaya.
"Waduh saya tidak bisa bayangkan itu terjadi, jangan sampailah ya, tidak tahu saya jadi apa kalau anak saya kena," ucap dia.
Sejak kasus virus corona merebak di Wuhan, ibu empat anak itu hanya berserah dengan keadaan.
Putrinya bercerita, Wuhan sudah layaknya kota mati. Semua orang terkurung di dalam rumah.
Untuk ke warung saja misalnya, Karen tak berani lantaran khawatir terkena virus.
"Makanya saya itu suruh dia stok makanan yang banyak, kaya telur, bawang, beras. Supaya dia bisa masak sendiri," ujar Nurlela.
Ia terus memantau keadaan anaknya lewat sambungan telepon setiap hari. Meski hati kecil khawatir, ia terus memberi semangat kepada putrinya.