Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah Virus Corona, Buah Lokal Laris, Stok Buah Impor Menipis

Kompas.com - 14/02/2020, 11:30 WIB
Singgih Wiryono,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Munculnya virus corona atau Covid-19 di beberapa negara, khususnya di China, menyebabkan efek berantai. Salah satunya dampak ekonomi, khusus terkait ekspor-impor barang Indonesia dengan China.

Setelah Indonesia menutup penerbangan dari dan menuju China pada 5 Februari 2020, stok barang dari China mulai menipis, khususnya bahan pangan.

Di Pasar Induk Tanah Tinggi, Kota Tangerang, para pedagang yang mengandalkan buah impor atau bahan pangan lain dari China mulai merasakan dampak dari penutupan impor akibat wabah virus corona tersebut.

Pedagang buah impor menjerit

Pedagang grosir buah impor di Pasar Induk Tanah Tinggi, Budi mengaku, ia mengalami penurunan omzet cukup besar lantaran keran impor ditutup akibat wabah virus corona yang bermula di Wuhan, China.

Baca juga: Pedagang Buah Impor Menjerit, Pintu Impor Ditutup karena Virus Corona

Budi mengatakan, lapaknya di Pasar Induk Tanah Tinggi mulai kesulitan buah apel impor asal China setelah penerbangan dilarang dari dan menuju China

Ia mengatakan, dirinya kesulitan mendapat buah asal China sejak awal bulan ini.

"Mulai awal Februari, sekitar 4-5 hari dari awal bulan," kata dia saat ditemui Kompas.com di Pasar Induk Tanah Tinggi, Kamis (13/2/2020).

Dengan menipisnya stok apel asal China, harga apel mulai melambung tinggi.

Budi mengatakan kenaikan terjadi antara Rp 50.000 sampai dengan Rp 100.000 per karton berisi 17 kilogram apel.

"Satu karton (naik) Rp 100.000, biasanya harga standar Rp 280.000, sekarang jadi 370.000," tutur dia.

Penjualan Budi pun jadi turun drastis. Sekitar 73 persen dari omzet harian lapaknya hilang karena kelangkaan dan kenaikan harga apel asal China tersebut.

Berkah untuk pedagang buah lokal

Namun tidak semua dirugikan dengan keadaan tersebut. 

Wabah virus corona berdampak positif terhadap penjualan buah lokal di pasar itu.

Toha, salah seorang penjual grosiran buah lokal, mengatakan dengan dihentikannya sementara impor buah asal China, terutama apel, buah-buahan lokal jadi laris.

"Peningkatan penjualan ada. Harga tetap standar tapi penjualan meningkat dari yang biasanya," kata Toha, Kamis.

Peningkatan tersebut bisa dilihat dari jumlah permintaan apel asal Kota Batu, Malang. Sebelumnya, apel dengan berat 6 ton habis dalam 5 hari, kini bisa ludes terjual hanya dalam 2 hari.

"Biasanya habis 5 hari dalam 1 truk (6 ton). Sekarang bisa 2 hari," ujar Toha.

Toha menjual grosiran satu dus Apel malang pada kisaran Rp 200.000 sampai dengan Rp 270.000 per dus.

Baca juga: Buah Lokal di Tangerang Laris Setelah Impor dari China Distop karena Wabah Virus Corona

Direktur Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) Sukam Pawardi mengatakan, kasus virus corona berdampak pada impor buah terutama dari China. Namun kasus itu tidak sepenuhnya berdampak negatif bagi pedagang.

Dia mengatakan, tren positif penjualan buah lokal di Pasar Induk Tanah Tinggi bisa memberikan keuntungan lebih bagi pedagang dan petani lokal.

"Dengan tidak masuknya apel impor, justru apel lokal alhamdulillah permintaan dari masyarakat cukup baik," kata dia.

Pengupas bawang putih di lapak grosir bawang putih di Pasar Induk Tanah Tinggi Kota Tangerang, Kamis (13/2/2020)KOMPAS.com/SINGGIH WIRYONO Pengupas bawang putih di lapak grosir bawang putih di Pasar Induk Tanah Tinggi Kota Tangerang, Kamis (13/2/2020)

Takut stok barang karena harga belum stabil

Akibat penutupan jalur impor, harga-harga komoditas impor jadi tidak stabil. Harga bawang putih belum sepenuhnya stabil setelah penutupan keran impor bawang putih asal China.

Salah seorang pedagang bawang putih di Pasar Induk Tanah Tinggi, Muslih mengatakan, akibat  harga bawang putih yang masih naik-turun, dia tak berani menyetok barang terlalu banyak.

"Biasa (menyetok) 8 ton sekarang jadi 4 ton. Takutnya harga turun lagi," kata dia, kemarin.

Muslih mengatakan, dirinya saat ini sudah merugi karena menyetok bawang putih dengan harga tinggi. Di hari berikutnya harga bawang putih kembali turun.

"Saya stok kemarin Rp 32.000 per kilogram, sekarang sudah 30.000," ujar dia.

Namun harga tersebut masih jauh dari harga normal grosir yang biasanya di kisaran Rp 20.000-25.000 perkilogram.

Muslih juga mengatakan, tidak hanya harga yang melonjak, stok barang yang semakin menipis membuat dia harus menyetok bawang putih dari pihak kedua.

"Jadi bukan tangan pertama istilahnya dapat dari tangan kedua atau ketiga," tutur dia.

Dia berharap keran impor dari China bisa segera dibuka agar harga bawang putih kembali normal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Megapolitan
Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu 'Video Call' Setiap Hari?

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu "Video Call" Setiap Hari?

Megapolitan
Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Megapolitan
Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Megapolitan
Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Megapolitan
Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Megapolitan
KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

Megapolitan
Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Megapolitan
Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan 'Live' Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan "Live" Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Megapolitan
Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Megapolitan
Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Megapolitan
Banjir di 18 RT di Jaktim, Petugas Berjibaku Sedot Air

Banjir di 18 RT di Jaktim, Petugas Berjibaku Sedot Air

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com