Ia mengatakan, dahulu masyarakat ras kaukasia yang tinggal bersama pribumi kerap menggunakan bahasa Armenia.
Pada masa itulah, masyarakat pribumi akrab dengan istilah Galuh yang berarti brutal. Namun berjalannya waktu, kata dia, penduduk lokal saat itu salah mengartikan istilah “Galuh”.
“Jadi istilah Galuh itu memang ada kamusnya. Saya meminta maaf karena sudah meresahkan. Tapi saya tidak bisa mengubah kamus Armenia,” ucap dia.
Sebelumnya, Ketua Dewan Kebudayaan Ciamis Yat Rospia Brata mengatakan, Saidi asal sebut bahwa Galuh berarti brutal.
Baca juga: Ditantang ke Ciamis, Ridwan Saidi: Saya Akan Datang jika Diundang
Dia menjelaskan Galuh bermakna hati yang terdalam atau nurani.
Yat melanjutkan, atas keberadaan dan kebesarannya, banyak instansi yang memakai nama Galuh. Nama tersebut di antaranya dipakai nama universitas dan instansi militer.
"Kami (memakai nama) Universitas Galuh. Kalau dibilang Galuh berarti brutal, masak universitas brutal. Ada juga Brigif Galuh. Ini bahaya sekali (mengartikan Galuh sebagai brutal)," tutur Yat.
Yat meminta Ridwan Saidi membuktikan omongannya. Dia meminta Ridwan datang ke Ciamis dalam waktu 2x24 jam.
"Jika tidak hadir, kami akan laporkan segala persoalan ini ke polisi," kata Yat.
Sementara itu, Bupati Ciamis Herdiat Sunarya mempertanyakan dasar ucapan Ridwan Saidi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.