"Secara efektif, secara teknis (radius) 10 x 10 meter," kata dia.
Meskipun zat radioaktif itu hanya mencemari radius 10 meter dari titik hotspot, Bapeten akan mengecek kembali radius yang lebih besar dari pencemaran tersebut.
Untuk saat ini, yang positif terkontaminasi adalah tanah dan tumbuhan di atas tanah dengan radius 10 meter dari titik benda yang ditemukan.
"Kami sudah mengambil sampel vegetasi dari golongan yang dikonsumsi, baik dari hotspot maupun sekitar hotspot. Dari sini, kita lihat tanah dan vegetasi di area hotspot terkontaminasi sehingga harus diangkat," tutur dia.
Baca juga: Warga Batan Indah Sebut Lokasi Temuan Zat Radioaktif Biasa Digunakan untuk Buang Sampah
Sedangkan untuk air tanah, Indra sudah memastikan bahwa tidak ada air tanah yang terkontaminasi, baik itu sampel dari rumah warga dengan radius terdekat maupun sampel yang diambil oleh Bapeten.
Sekretaris Utama Bapeten Hendrianto Hadi Tjahyono mengatakan, dari hasil penelitian sementara, asal radiasi muncul dari limbah atau sampah radioaktif dari teknologi nuklir yang telah digunakan.
"Tapi, yang jelas ini ada sisa limbah atau sampah radioaktif. Jadi dari beberapa tanah itu, ada kita lihat kecil-kecil itu adalah limbah entah dari mana itu yang kita cari," ujar Hendrianto.
Bapeten telah melakukan penelitian lebih lanjut tentang serpihan limbah radioaktif karena diketahui di Indonesia banyak sekali yang menggunakannya untuk tenaga berteknologi nuklir.
"Di Indonesia ini pemanfaatkan tenaga nuklir itu luas. Ada di bidang Industri, bidang medis, dan penelitian," ucapnya.
Dari sampel yang diperoleh, Bapeten yang bekerja sama dengan Batan akan mengetahui asal sumber Caesium dari data yang dimilikinya saat ini.
Baca juga: Limbah Radioaktif Ditemukan di Kawasan Perumahan, Bapeten Kecolongan?
"Tapi, itu perlu waktu dan proses untuk melakukan investigasi tersebut. Karena kita ada data-data sumber yang (menggunakan tenaga nuklir) ada di Indonesia. Sedangkan Batan punya laboratorium yang lengkap. Nanti akan ketahui asal sumber (radioaktif) itu," kata Hendrianto.
Meski telah melakukan dekontaminasi tanah yang terpapar, Bapeten bersama Batan kembali melakukan pengerukan. Total ada 8.600 liter tanah yang diangkut untuk dilakukan pemeriksaan.
Kepala Humas Batan Heru Umbara mengatakan, dalam pembersihan sebelumnya, sudah ada 52 drum dengan volume 100 liter per drum yang diangkut.
Sedangkan pada Minggu (16/2/2020), ada 34 liter drum tanah terkontaminasi yang angkut dari lokasi.
"Jadi posisi saat ini ada 27 drum yang sudah dibawa ke PTLR (Pusat Teknologi Limbah Radioaktif) ditambah tujuh drum yang sekarang lagi diangkat," kata Heru.