Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IPB Kritik Pemerintah Soal Kebijakan Impor Komoditas Pertanian

Kompas.com - 18/02/2020, 11:33 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Sejumlah pakar di bidang pertanian mengkritik kebijakan pemerintah dalam kegiatan perdagangan internasional atau ekspor-impor yang belum berpihak kepada para petani.

Dekan Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) Nunung Nuryantono mengatakan,  kegiatan perdagangan internasional selama ini belum memberikan keuntungan terhadap para petani.

Menurut Nunung, pada dasarnya negara tidak mungkin menutup diri terhadap ekspor-impor karena hal itu dibutuhkan. Namun, dalam sebuah perdagangan seharusnya bisa memberikan manfaat kepada semua pihak.

Baca juga: Dua Komoditas Pertanian Ini Harganya Naik di Akhir Tahun

"Pertanyaannya, siapa yang menikmati keuntungan dari perdagangan itu? Apakah semua pihak yang terlibat bisa mendapatkan benefit?" ujar Nunung dalam diskusi Ekspor-Impor dan Kedaulatan Petani di Gedung FEM IPB, Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Senin (17/2/2020).

Ia menambahkan, posisi Indonesia dalam perdagangan internasional belum memiliki daya tawar kuat yang selama ini dikuasai negara-negara besar.

Berdasarkan data, sebut Nunung, perdagangan pada sektor pertanian lebih banyak impor ketimbang ekspor.

"Impornya masih banyak. Semester I tahun 2019 saja Rp 35,5 triliun impor. Sementara eskpornya hanya Rp 177 miliar. Itu data, itu bisa dicek. Ini persoalan serius," kata dia.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Tani Centre LPPM IPB Hermanu Triwidodo. Menurut dia, pemerintah harus melindungi petani.

Ia melihat bahwa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terhadap kouta impor telah melahirkan celah dan berpotensi merugikan negara maupun petani.

"Kami ingin mendorong pemerintah untuk melihat kembali sejauh mana urgensi kebijakan impor terhadap sejumlah komoditas pertanian. Serta bagaimana mendorong penguatan agar terciptanya pertani-petani Indonesia yang lebih berdaulat,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Megapolitan
Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Megapolitan
Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com