Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Kematian, Peti Jenazah untuk Mereka yang Kaya hingga Papa

Kompas.com - 20/02/2020, 15:15 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Indra duduk di samping peti jenazah berbentuk menyerupai bunga cengkeh berukuran raksasa.

Peti tersebut bisa dikatakan cukup mahal untuk sebuah peti jenazah. Dibuat dari kayu jati yangdengan diameter kira-kira 1 meter untuk dijadikan peti jenazah berbentuk kembang cengkeh.

Kini Indra menjadi generasi ketiga yang meneruskan bisnis peti jenazah dari perusahaan Sinar Terang di Kota Tangerang.

Baca juga: Bisnis Kematian, Rumah Duka Kini Tak Lagi Menyeramkan

Indra bercerita bahwa kakeknya menekuni usaha peti jenazah di tempat yang sama, di Jalan Bouraq No 55, Pintu Air, Kota Tangerang, sejak 1960-an.

Saat ini, Indra adalah generasi yang mencoba berbijabaku dengan bisnis yang diturunkan kakeknya itu.

Beragam peti jenazah dijualnya, mulai dari jenis peti siupan atau peti jenazah kembang cengkeh, begitu juga dengan peti biasa.

"Jadi dua jenis peti ini kami kembangkan," kata dia, saat berbincang dengan Kompas.com di tokonya, Kamis (20/2/2020).

Baca juga: Anda Berminat? Batu Nisan Digital Ukuran 48 Inci, Seharga Rp 42 Juta

Berawal dari toko sederhana, lapak dagangan beserta gudang tempat penyimpanan peti-peti jenazah miliknya kini memiliki luas hingga 500 meter persegi.

Sebagai generasi ketiga Sinar Terang, ternyata Indra tidak melulu mengambil untung dari bisnis kematian peti jenazah tersebut.

Indra mengatakan, meski bisnis tersebut tergolong menggiurkan karena satu peti jenis suipan bisa laku terjual Rp 250 juta, bisnis berkaitan dengan kedukaan seseorang tidak bisa dianggap main-main.

Dia tidak ingin merasa bisnisnya seperti bisnis yang mengambil keuntungan dan kesenangan di balik kepergian seseorang yang dicintai keluarganya.

Baca juga: Kastil Drakula Menyambut Tamu dengan Peti Mati

Itu sebabnya, kata Indra, bisnis peti jenazah tersebut ia jadikan sebagai ladang gerakan sosial.

"Kami subsidi silang," tutur Indra.

Dari cara tersebut, mereka yang kaya, tidak berkeberatan membayar lebih untuk sebuah peti kualitas tinggi untuk disubsidikan kepada mereka yang mungkin tak punya cukup rezeki untuk membeli peti.

Kata Indra, ini menyangkut kedukaan bagaimana agar setiap orang di peristirahatan terakhirnya mendapat peti yang layak untuk beristirahat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com