TANGERANG, KOMPAS.com - Indra duduk di samping peti jenazah berbentuk menyerupai bunga cengkeh berukuran raksasa.
Peti tersebut bisa dikatakan cukup mahal untuk sebuah peti jenazah. Dibuat dari kayu jati yangdengan diameter kira-kira 1 meter untuk dijadikan peti jenazah berbentuk kembang cengkeh.
Kini Indra menjadi generasi ketiga yang meneruskan bisnis peti jenazah dari perusahaan Sinar Terang di Kota Tangerang.
Baca juga: Bisnis Kematian, Rumah Duka Kini Tak Lagi Menyeramkan
Indra bercerita bahwa kakeknya menekuni usaha peti jenazah di tempat yang sama, di Jalan Bouraq No 55, Pintu Air, Kota Tangerang, sejak 1960-an.
Saat ini, Indra adalah generasi yang mencoba berbijabaku dengan bisnis yang diturunkan kakeknya itu.
Beragam peti jenazah dijualnya, mulai dari jenis peti siupan atau peti jenazah kembang cengkeh, begitu juga dengan peti biasa.
"Jadi dua jenis peti ini kami kembangkan," kata dia, saat berbincang dengan Kompas.com di tokonya, Kamis (20/2/2020).
Baca juga: Anda Berminat? Batu Nisan Digital Ukuran 48 Inci, Seharga Rp 42 Juta
Berawal dari toko sederhana, lapak dagangan beserta gudang tempat penyimpanan peti-peti jenazah miliknya kini memiliki luas hingga 500 meter persegi.
Sebagai generasi ketiga Sinar Terang, ternyata Indra tidak melulu mengambil untung dari bisnis kematian peti jenazah tersebut.
Indra mengatakan, meski bisnis tersebut tergolong menggiurkan karena satu peti jenis suipan bisa laku terjual Rp 250 juta, bisnis berkaitan dengan kedukaan seseorang tidak bisa dianggap main-main.
Dia tidak ingin merasa bisnisnya seperti bisnis yang mengambil keuntungan dan kesenangan di balik kepergian seseorang yang dicintai keluarganya.
Baca juga: Kastil Drakula Menyambut Tamu dengan Peti Mati
Itu sebabnya, kata Indra, bisnis peti jenazah tersebut ia jadikan sebagai ladang gerakan sosial.
"Kami subsidi silang," tutur Indra.
Dari cara tersebut, mereka yang kaya, tidak berkeberatan membayar lebih untuk sebuah peti kualitas tinggi untuk disubsidikan kepada mereka yang mungkin tak punya cukup rezeki untuk membeli peti.
Kata Indra, ini menyangkut kedukaan bagaimana agar setiap orang di peristirahatan terakhirnya mendapat peti yang layak untuk beristirahat.
Selain membeli, tak sedikit pelanggan Sinar Terang secara suka rela membeli peti jenazah untuk disumbangkan kepada mereka yang membutuhkan.
"Banyak juga yang nitip peti sosialnya, jadi kalau ada yang enggak mampu, kami kasih yang dititipkan," kata dia.
Tidak hanya menjadi ladang amal Indra, usaha peti jenazah yang dirintis kakeknya puluhan tahun lalu juga berdampak pada pemberdayaan masyarakat sekitar.
Setidaknya, ada 70 karyawan harian yang bekerja di pembuatan peti jenazah tersebut.
Bisa jadi bertambah ketika pelanggan Indra meminta seluruh pengurusan jenazah mulai dari memandikan jenazah sampai mengubur dipercayakan ke Sinar Terang.
Baca juga: Peti Mati hingga Kopi, Suvenir Khas Toraja di ITF
"Kami juga jual paket lengkap. Biasanya bagi mereka yang tradisi masih kuat, kami siapkan semuanya," kata dia.
Begitu juga dengan proses pemakaman. Karena harus sangat hati-hati. Ketika peti jenazah yang beratnya bisa mencapai setengah ton itu turun ke liang lahat, harus ada minimal 20 orang yang menurunkan peti tersebut.
"Kan enggak boleh kepeleset, apalagi keguling (terguling), karena di dalamnya ada mendiang," kata dia.
Setiap kali seremoni pemakaman, Indra bisa memanggil pekerja harian lepas ditambah karyawannya hingga ratusan orang.
Mempersiapkan beragam alat upacaya mulai dari lentera, rumah-rumahan bahkan seragam khusus keluarga yang berduka cita juga ditangani Indra.
Selain menjual kepada beragam keluarga etnis dan kepercayaan yang menggunakan peti jenazah untuk pemakaman, Indra bekerja sama dengan beberapa rumah duka untuk melebarkan sayap usahanya.
Misalnya di rumah duka Boen Tek Bio di Kota Tangerang, Indra menjadi pemasok peti jenazah di sana ketika ada yang meninggal.
Dia yakin, dengan meneruskan bisnis kakeknya tersebut dia bisa memaknai beragam pelajaran dari kematian-kematian dari setiap orang yang dia siapkan 'kamar' terakhirnya di dunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.