DEPOK, KOMPAS.com - Bakal pasangan calon independen di Pilkada Depok 2020, Yurgen Sutarno-Reza Zaki gagal melenggang ke tahap berikutnya dalam kontestasi.
Hal itu dipastikan setelah keduanya gagal memenuhi target jumlah KTP sebagai bentuk dukungan warga.
"Kami berterima kasih kepada seluruh relawan yang telah bekerja keras. Kami juga berterima kasih kepada seluruh warga Depok atas segala doa dan dukungan. Dengan ini, kami menghentikan pencalonan kami dari jalur independen," tulis mereka.
Baca juga: Rekam Jejak Yurgen Sutarno Diyakini Sanggup Pikat Parpol di Pilkada Depok 2020
Namun, Yurgen-Zaki mengisyaratkan tetap akan masuk dalam kontestasi meskipun gagal mencapai target dukungan.
Di tengah kontestasi yang cukup ketat di Depok, Yurgen awalnya mengaku optimis menghadapi Pilkada Depok 2020, meskipun dikepung partai-partai besar dengan wajah-wajah lama.
"Dalam konteks pilwalkot tahun depan justru kami melihat petahana dan partai pengusungnya dalam kondisi yang sangat tidak populer," kata Yurgen kepada Kompas.com, Senin (9/12/2019).
Apalagi, kata Yurgen, saat ini Depok memiliki ragam persoalan. Salah satunya yakni kemacetan lalu lintas dan pengangguran yang belum teratasi.
"Kemudian ruang terbuka hijau, pengelolaan sampah dan lainnya tidak dihadapi dengan kebijakan yang benar," tuturnya.
Baca juga: Maju Independen di Pilkada Depok 2020, Yurgen-Zaki Ngaku Juga Dibidik Parpol
"Kami merasakan kok publik ingin perubahan di Depok. Sudah 15 tahun roda pemerintahan dijalankan biasa-biasa saja, politics as usual," kata Yurgen.
Ia menyebut, masalah itu disebabkan karena selama 15 tahun, Kota Depok dikelola secara amatir. Ia merasa publik ingin perubahan.
Segmen yang menghendaki perubahan itu, menurutnya adalah kalangan muda.
"Kami tahu pemilih di bawah usia 35 tahun di Depok besar jumlahnya dan mereka suka dengan ide dan gagasan baru," kata Yurgen.
Yurgen akhirnya mendeklarasikan diri maju sebagai calon independen di Pilkada Depok 2020 dengan menggandeng Reza Zaki, politikus muda eks kader Partai Nasdem.
Deklarasi keduanya sebagai bakal pasangan calon independen digelar pada 23 Desember 2019.
Sejak itu pula, mereka harus berlomba dengan waktu mengumpulkan target 85.107 KTP sebagai bentuk dukungan warga Depok terhadap mereka.
Yurgen dan Reza dipastikan gagal mengikuti Pilkada Depok 2020 jalur independen.
Sebab, keduanya gagal memenuhi target jumlah KTP sebagai bentuk dukungan warga.
Total fotokopi KTP yang dihimpun oleh 426 relawan mereka mencapai 69.037 lembar.
Jumlah ini terpaut jauh dari target 85.107 lembar fotokopi KTP atau 6,5 persen dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) Kota Depok.
Baca juga: Gagal Capai Target KTP, Pasangan Yurgen-Zaki Batal Maju Independen di Pilkada Depok 2020
"Hasil ini belum memenuhi persyaratan. Selain itu, batas waktu penyerahan syarat bakal calon perseorangan hanya sampai 23 Februari 2020," tulis mereka dalam keterangannya.
Meskipun tak jadi maju dari jalur independen, bukan berarti Yurgen dan Reza sepenuhnya mundur dari kontestasi. Mereka menyatakan sikap bakal menerima pinangan partai politik.
"Dengan modal dukungan 69.037 warga Depok, kami akan melanjutkan perjuangan melalui jalur partai politik," ujar mereka.
"Kami membuka diri kepada seluruh partai politik untuk sama-sama membangun kota Depok ke arah yang lebih baik," tambah mereka.
Yurgen-Zaki mengklaim, mereka memutuskan untuk tetap turut meramaikan kontestasi karena Depok memerlukan gagasan baru untuk menangani persoalan.
Selain itu, mereka juga sadar bahwa belum ada poros koalisi di Depok yang secara mantap merapatkan barisannya.
Ini disebabkan lantaran keputusan final para pengurus pusat partai politik belum terbit, sehingga seluruh hitung-hitungan politik masih mungkin dikalkulasi hingga detik terakhir.
Reza menekankan, mereka tetap mengincar posisi kandidat wali atau wakil wali kota Depok 2021-2026 seandainya dipinang partai politik, bukan tim sukses atau "kru" belakang layar.
"Iya, sebagai kandidat. Yang kami tekankan soal posisi kandidat," ujar Zaki.
Di luar itu, Zaki merasa yakin bahwa di antara ia dan Yurgen, eks pasangannya itulah yang punya modal lebih kuat untuk memikat partai politik.
Ia mengungkapkan, di antara berbagai modal yang dapat jadi "nilai jual" Yurgen, gagasan dan rekam jejak lah yang ia nilai sebagai modal paling kuat untuk menambal rezim pemerintahan Depok selama ini yang dinilainya menimbulkan ketidakpercayaan publik.
"Misalnya dari segi konten atau kapasitas yang dimiliki oleh Yurgen, artinya seperti yang disampaikan oleh beberapa kawan, gagasan (politik di Depok) enggak ada yang berkembang, apalagi pelaksanaannya," beber dia.
"Yurgen bisa mengisi itu, karena karena masalah sekarang adalah distrust yang tinggi terhadap posisi hari ini," Zaki menambahkan.
Dosen Universitas Bina Nusantara itu merasa yakin bahwa rekam jejak Yurgen dapat membuktikan kapasitas idenya untuk Depok.
Gagasan bisa saja dibuat oleh konsultan sewaan, kata dia, namun rekam jejak Yurgen tak dapat dimungkiri.
Baca juga: PKS Punya Syarat jika Lamar Bakal Calon Independen Yurgen-Zaki di Pilkada Depok 2020
Menurut Zaki, itu kekuatan eks pasangannya.
Yurgen yang notabene lulusan Universitas Indonesia pernah berkarier sebagai wartawam selama 4,5 tahun.
Ia kemudian menamatkan S2 jurusan Kebijakan Publik di Oxford University, Inggris, sebelum kembali ke Tanah Air dan mencoba peruntungan sebagai calon anggota DPR lewat Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
"Saya mengedepankan Yurgen karena dia orang Depok asli. Masa (Depok) punya SDM sekelas Yurgen, lulusan Oxford, pernah jadi wartawan di Amerika 1 tahun, dan pakar kebijakan publik, tapi dia mau dibiarkan begitu-begitu saja," tutup Zaki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.