Namun, Herdianto mengatakan, warga tidak akan terkontaminasi jika mengonsumsi hewan seperti ayam yang berkeliaran di titik radiasi.
Baca juga: Bapeten: Zat Radioaktif di Tangsel Tidak Diproduksi Batan
"Kalau dari binatang itu juga kemungkinan sangat kecil buat terkontaminasi," ucapnya.
Hendrianto menjelaskan, meski jumlah orang yang terkontaminasi tidak banyak, Bapeten tetap akan melakukan pengecekan secara rutin.
"Intinya itu tidak ada masalah. Tetapi, kami tetap punya keinginan satu atau dua bulan akan mengecek lagi daerah itu secara rutin," ucapnya.
Herdianto memastikan radiasi tersebut bukan berasal atau diproduksi dari Batan. Jenis radiasi tersebut biasanya dibawa dari luar negeri.
Namun, untuk proses masuknya ke Indonesia, pihaknya masih menunggu penyelidikan polisi.
"(Batan) tidak memproduksi. Kalau sumber sendiri datang dari luar negeri, tapi sampai di sini (Indonesia) itu entah dalam bentuk apa pun," kata Hendrianto.
Baca juga: Tinjau Lokasi Radiaksi Nuklir, Ketua DPRD Tangsel Bakal Panggil Batan dan Bapetan
Menurut Herdianto, biasanya Caesium-137 itu banyak dimanfaatkan untuk industri, medis, hingga penelitian.
"Sumber-sumbernya macam-macam, pemanfaatannya banyak. (Berapa industri) Itu yang kita tunggu dari Bareskrim. Bapeten hanya punya datanya," kata dia.
Terlepas dari itu, dia berharap pihak kepolisian bisa dengan cepat mengungkap asal muasal radiasi tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.