TANGERANG, KOMPAS.com - Banjir di Garden City Residence Periuk Kota Tangerang hingga hari keempat, Rabu (26/2/2020) belum ada tanda-tanda air akan surut.
Kepala Unit Periuk BPBD Kota Tangerang Syahrial mengatakan, ketinggian air tidak berubah setelah hujan yang kembali melanda pada Selasa lalu.
Ketinggian air di Garden City Residence masih di angka 120 sentimeter.
Warga yang mengungsi mulai resah, terlihat dari sebagian besar terkena hipertensi karena memikirkan nasibnya yang tak kunjung punya solusi dari pemerintah.
Baca juga: Cara Warga dan Relawan Bersantai di Tengah Banjir Periuk Kota Tangerang
Para korban banjir di Garden City Residence merasa lelah dengan bencana banjir yang tak kunjung usai.
Banjir di tempat tinggal mereka, yang memasuki hari keempat, merupakan bencana banjir kedua yang warga alami pada Februari 2020.
Hal tersebut diungkapkan Tumai, warga RT 4 RW 21, Kelurahan Gebang Raya Garden City Residence Periuk.
"Kami sudah lelah. Lelah lahir batin istilahnya," kata Tumai, warga RT 4 RW 21 Kelurahan Gebang Raya Garden City Residence, di Posko Posyandu RW 21 Kelurahan Gebang Raya, Kota Tangerang, Rabu.
Dia menceritakan, dirinya baru saja membeli sebuah kasur lantaran terkena banjir di awal Februari. Belum genap sebulan, kasur barunya harus rusak lagi karena terendam banjir.
"Walaupun yang murah ya Rp 900.000, tapi uang juga kan yang keluar," kata dia.
Belum lagi soal surat-surat berharga yang tak sempat dia selamatkan.
Baca juga: Korban Banjir di Periuk Kota Tangerang: Kami Lelah
Surat kepemilikan rumah dan BPKB sepeda motor ikut terendam air yang masuk ke rumahnya pada awal minggu ini.
Serangkaian hal itulah yang membuat dia merasa lelah.
"Kalau ngurus (surat-surat) lagi, duit lagi. Aduh... pusing," kata dia.
Hamidah, warga RT 4 RW 21 Kelurahan Gebang Raya Kecamatan Periuk Kota Tangerang ini bingung bagaimana menghadapi bencana yang tak bisa ditanggulangi baik dari pihak pemerintah Kota Tangerang maupun pengembang Garden City Residence.
"Bersihin rumah nih misalnya, sudah enggak bau lumpur lagi, rumah kita sudah bau Pasar Ikan," kata dia.
Hamidah yang berusia 59 tahun tersebut sempat membersihkan rumahnya pada hari kedua banjir.
Saat itu, kata dia, banjir sudah mulai surut dan dia mengambil inisiatif untuk membersihkan rumah.
Baca juga: Hari Keempat Banjir, Warga Garden City: Rumah Kami Sudah Bau Pasar Ikan
"Eh tahunya malam Rabu (Selasa malam) itu hujan gede lagi, ya naik lagi airnya," kata dia.
Ketua Posko Pengungsian yang juga istri Ketua RW 21 Kelurahan Gebang Raya, Mira Karina mengatakan, beberapa warga mulai mengeluh sulitnya bekerja normal di tengah situasi banjir.
"Suami saya sendiri harus pakai laporan, difoto, terus ditanyain ketinggian air berapa," kata Mira saat ditemui Kompas.com di Posko Pengungsian Posyandu RW 21 Kelurahan Gebang Raya Kota Tangerang.
Beruntung, kata dia, perusahaan tempat suaminya bekerja masih bisa toleransi dengan keadaan banjir.
Namun tidak dengan lainnya.
Mira mengatakan, salah seorang warganya harus tetap bekerja di tengah kondisi banjir lantaran takut gaji dipotong.
Tidak tanggung-tanggung, apabila tidak hadir bekerja gaji bulanan bisa dipotong hingga Rp 200.000.
Baca juga: Sulitnya Warga Periuk Beraktivitas Saat Banjir, Harus Masuk Kerja Agar Gaji Tak Dipotong
"Bisa sampai Rp 200.000, makanya walaupun banjir ada yang nekat kerja," kata dia.
Mira menambahkan, sebagian besar pengungsi, khususnya yang berusia dewasa, mengalami sakit darah tinggi.
"Yang paling banyak (penyakit diderita) justru darah tinggi," kata Mira.
Mira mengatakan, kemungkinan tekanan darah para pengungsi naik dikarenakan stres akibat dari banjir yang tak kunjung surut.
Apalagi sejumlah barang yang rusak atau hanyut akibat banjir.
"Banyak yang kehilangan, kendaraan rusak, surat-surat mereka basah, jadi mungkin itu yang buat stres," kata Mira.
Mira sendiri mengaku stres dan merasakan pusing.
Dia mengira awalnya hanya efek naik perahu evakuasi atau jembatan apung yang bergoyang-goyang sehingga membuat kepalanya pusing.
"Saya coba cek kesehatan di posko, ternyata tekanan darahnya tinggi," kata dia.
Baca juga: Korban Banjir di Periuk Kota Tangerang Alami Hipertensi
Adapun pada banjir sebelumnya, 1 Februari 2020 lalu Dinas Kesehatan Kota Tangerang juga mendata banyak warga yang stres akibat bencana banjir berkepanjangan di Periuk Kota Tangerang.
Ratusan orang korban banjir di Periuk, Kota Tangerang, mengalami gangguan kesehatan setelah banjir di wilayahnya tidak surut hingga enam hari.
Bahkan, ada korban yang mengalami stres sampai harus dirujuk ke rumah sakit.
"Datanya yang masuk (korban banjir yang sakit) sampai tanggal 5 ada 506 kasus dengan empat rujukan, salah satunya itu yang stres," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Liza Puspadewi di Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Kamis (6/2/2020).
Liza mengatakan, warga stres lantaran air tiba-tiba datang menghantam perumahan, salah satunya Perumahan Periuk Damai, Kelurahan Periuk.
Liza menambahkan, kondisi pengungsian yang serba terbatas membuat daya tahan tubuh para korban menurun. Apalagi, mereka sudah mengungsi selama enam hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.