JAKARTA, KOMPAS.com - Kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dikritik terkait penanganan masalah banjir.
Sejak awal Januari 2020, banjir berkali-kali terjadi di Ibu Kota. Terakhir, sebanyak 294 RW di Jakarta terendam pada Selasa (25/2/2020).
Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti menilai, Gubernur Anies lebih fokus menangani persoalan Formula E dibanding banjir.
"Justru mereka lebih sibuk mengurusi Formula E itu dapat berlangsung atau tidak dengan segala kontroversi. Jadi banjir makin parah, mereka hanya menyelamatkan Formula E ini dapat berlangsung," kata Ray saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/2/2020) malam.
Baca juga: Ragam Pernyataan Anies soal Banjir Jakarta: Fokus Kerja Setelah Terendam hingga Keliling Bawa Toa
Menurut Ray, seharusnya Anies dapat meminimalkan dengan memetakan titik wilayah banjir yang pernah terjadi sebelumnya.
Namun, kata dia, Pemprov DKI terlihat tak memiliki keinginan bergerak untuk mengatasinya.
"Padahal ini bukan peristiwa yang tidak bisa ditandai. Setelah 1 Januari, BMKG juga telah mengingatkan kembali bahwa peristiwa sama akan terulang. Tapi Pemprov terlihat tidak punya kemauan ataupun gelagat untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi banjir seperti Januari itu," katanya.
Setelah rentetan banjir di Jakarta, Pemprov DKI melalui Sekda Saefullah justru melontarkan pernyataan yang membuat para korban banjir tersinggung.
Padahal, mereka memilih Anies diharapkan dapat mengatasi persoalan yang ada di Jakarta, salah satunya Banjir.
"Mereka yang memilih Anies karena janji yang membuat Jakarta lebih baik kan. Faktanya malah lebih parah banjirnya. Di tengah seperti itu Pemprov belum mampu mempersempit atau memperkecil efek dari banjir ini malah menambah pernyataan yang menyinggung," tutupnya.
Baca juga: Sekda DKI Sebut Banjir Harus Dinikmati, Ray Rangkuti: Tidak Punya Empati
Sekda DKI Jakarta Saefullah sebelumnya mengatakan, banjir tidak hanya terjadi di Jakarta. Berbagai kota di Provinsi Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur juga dilanda banjir.
Saefullah lalu berujar agar kondisi banjir di Jakarta dinikmati saja.
"Pulau Jawa dari Banten ada Tangerang-nya, Jakarta, Bogor (di) Jawa Barat di berbagai kotanya, Jawa Tengah di berbagai kotanya, Jawa Timur di berbagai kotanya juga ada banjir itu. Jadi dinikmati saja. Itu kan soal manajemen air," ujar Saefullah di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (26/2/2020).
"Tubuh kita ini dua pertiga persen air. Sering keluar air, kan banyak, bisa dari kepala, atau mana, air mata saja harus ada manajemen, tergantung situasi," lanjut dia.
Menurut Saefullah, semua gubernur yang menjabat di Jakarta selalu mengalami banjir tiap tahun.