TANGERANG, KOMPAS.com - Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta, Anas Maruf mengatakan, minimnya petugas dan banyaknya penumpang kedatangan internasional membuat pengisian kartu kewaspadaan kesehatan atau Health Alert Card deteksi virus corona menjadi susah diperketat.
Bahkan, kata dia, ada banyak penumpang yang tidak mengisi kartu kewaspadaan kesehatan yang ditujukan antara lain untuk deteksi dini virus corona SARS-CoV-2 yang kini mewabah.
"Banyak penumpang yang belum mengisi kartu kewaspadaan kesehatan di dalam pesawat sehingga menunggu dalam pengisian," kata dia di Gedung 601 Bandara Soekarno-Hatta, Senin (2/3/2020).
Baca juga: Polres Bandara Soekarno-Hatta Tangkap Penyebar Hoaks Virus Corona
Anas mengatakan, untuk memperketat pengawasan di Bandara Soekarno-Hatta, KKP Bandara Soekarno-Hatta akan meningkatkan jumlah SDM yang bertugas.
"Tentu ada penambahan SDM (sumber daya manusia). Kami berupaya untuk menambah tenaga dari AP II (Angkasa Pura II) juga dan dukungan dari pusat, karena resikonya tampak lebih meningkat lagi," kata dia.
Selain penambahan petugas yang berjaga, Anas mengatakan proses screening juga dilakukan dua kali dengan thermo scanner dan thermo gun.
"Paling tidak setiap penumpang yang masuk ke negara kita itu dua kali (diperiksa), pertama thermal gun dan kedua thermal scanner ini kami tingkatkan," kata dia.
Anas mengatakan, setelah penerbangan dari dan menuju China ditutup, ada 90 penerbangan dari kedatangan internasional yang harus diawasi KKP.
"Kalau hitungan kami ada 85 sampai 90 penerbangan per hari dengan jumlah yang kami awasi kurang lebih 11 sampai 12 ribu penumpang," kata dia.
Sebelumnya, KKP Bandara Soekarno-Hatta mengeluhkan kurangnya petugas yang bertugas menjaga Bandara Soekarno-Hatta.
Anas Maruf mengatakan petugas yang berjaga berkurang karena dipinjam untuk melakukan evakuasi. Pada hari Minggu, hanya ada sedikit petugas yang bisa bertugas menjaga dan melakukan screening di kedatangan internasional Bandara Soekarno-Hatta.
"Ada dua petugas kami yang BKO dalam rangka persiapan evakuasi (WNI di Jepang)," ujar dia.
Anas mengatakan, selain petugas yang dipinjam untuk proses evakuasi, ada beberapa jam sibuk di hari minggu yang membuat pengisian kartu kesehatan atau Health Alert Card yang wajib diisi penumpang menjadi semrawut.
"Itu terjadi karena hari minggu kemarin ada salah satu faktor yakni adanya empat penerbangan yang datang bersamaan," kata dia.
Baca juga: Warga Depok Terjangkit Virus Corona, Wali Kota Bandung Bikin Tim Khusus
Proses screening atau pemindaian, lanjut Anas menjadi tidak maksimal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.