TANGERANG, KOMPAS.com - Genap sebulan, atau tepatnya 30 hari penutupan penerbangan Indonesia dari dan menuju China diberlakukan.
Pada 5 Februaru lalu, Indonesia resmi menutup penerbangan dari dan menuju China dengan alasan mencegah penularan virus corona ke Indonesia.
Pada Selasa (4/2/2020) malam, Bandara Soekarno-Hatta resmi menutup penerbangan dari dan ke China setelah penerbangan terakhir pukul 23.45 WIB.
Penerbangan terakhir dari Bandara Soekarno-Hatta ke China yakni Maskapai China Eastern MU 5070 tujuan Pudong Shanghai, China.
"Malam ini adalah pemberlakuan dimulainya penundaan penerbangan sementara dari dan menuju China," ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura II Persero Muhammad Awaluddin waktu itu.
Baca juga: Akui Keliru soal Harga Masker Rp 300.000 Per Boks, Ini Penjelasan Dirut Pasar Jaya
Awaluddin mengatakan pemberlakuan penutupan sementara tersebut mulai efektif per tanggal 5 Februari pukul 00.00 WIB.
Selain itu, Awaluddin mengatakan ada tiga maskapai domestik yang melayani penerbangan ke China dan harus ditutup sementara yakni Garuda Indonesia, Lion Air, dan Batik Air.
Sementara itu, lima maskapai asing juga ditutup sementara. Di antaranya Air China dan China Southern.
Baca juga: Tolak Naikkan Harga Saat Diserbu Warga, Pemilik Toko Sembako: Saya Tak Cari Kesempatan
Awaluddin mengatakan penutupan tersebut kemungkinan akan berlaku untuk tahap pertama selama 30 hari ke depan.
Namun, saat ini sudah terhitung 30 hari, tidak ada tanda-tanda penerbangan dari dan menuju China akan dibuka.
Justru pembatalan penerbangan semakin bertambah.
Salah satunya ditandai keputusan maskapai Korea Selatan, Korean Air, yang juga membatalkan penerbangan ke Jakarta pada 5 Maret-26 April 2020.
Penutupan penerbangan, terutama dari dan ke China, langsung berdampak pada perekonomian di Indonesia. Setelah tak ada lagi penerbangan dari China, sejumlah bahan kebutuhan pokok sulit dicari. Harganya pun kian naik.
Misalnya, bawang putih yang merupakan barang impor asal China yang langsung harganya meroket sepekan setelah penutupan penerbangan dari dan ke China.
Harga bawang normal yang sebelumnya berkisar antara Rp 20.000 sampai dengan Rp 30.000 naik tiga kali lipat.
Hal tersebut dirasakan bukan hanya para pembeli eceran, melainkan juga para pedagang baik eceran maupun grosir.
Baca juga: Warga Takut Virus Corona, 20 Mahasiswa Jepang Diminta Tunda Penelitian di Buleleng
Salah satunya adalah Ipul, pedagang bawang putih di Pasar Anyar, Kota Tangerang saat ditemui Kompas.com di lapaknya.
"Ini kenaikan tertinggi (sejak berjualan 10 tahun di Pasar Anyar)," kata dia, Rabu (12/2/2020).
Ipul mengatakan, kenaikan harga bawang putih tersebut dipicu wabah virus corona yang menyebabkan impor bawang putih dari China tersendat.
"Sudah dua minggu naik," kata dia.
Baca juga: Update Virus Corona 5 Maret: 156 Spesimen Diperiksa, 2 Positif, 9 Tunggu Hasil