JAKARTA, KOMPAS.com - Penjual sembako di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, mengeluhkan stok persediaan gula pasir yang menipis dan sulit dicari.
Siswanto, salah satu penjual sembako mengatakan bahwa kelangkaan gula pasir sudah dirasakan selama sebulan terakhir.
"Gula pasir yang kiloan itu lagi susah barangnya sudah sebulan ini. Kalau kita minta satu ton paling dikasihnya tiga kuintal," kata Siswanto di lokasi, Jumat (6/3/2020).
Baca juga: Harga Gula Melonjak di Pasaran, Ini Penyebabnya
Siswanto menambahkan, saat kiriman gula pasir lama dan sulit dicari, dirinya harus keliling ke agen-agen gula agar stok gula pasir tercukupi.
"Kita kalau dari sananya tidak dikasih, ya kita keliling di sini cari agen-agen. Otomatis harga juga naik kita ambil (tambah untung) seribu dua ribu mah ada," ujar Siswanto.
Supri, penjual lainnya mengatakan, selain gula pasir, gula dalam kemasan juga stoknya sulit dicari.
Baca juga: BUMN Ini Berencana Ajukan Izin Impor Gula Mentah 250.000 Ton
"Paling parah gula kemasan itu, sudah tiga bulan stok gula pasir kemasan susah banget. Kadang tidak dikirim dari pabriknya dari distributor," ujar Supri.
Adapun harga gula pasir kiloan di Pasar Kramat Jati, yakni Rp 17.000 per kilogram. Normalnya harga gula pasir kiloan, yakni Rp 14.000 per kilogram.
Asosiasi Gula Indonesia menyatakan bahwa belum mulainya masa tanam tebu, juga menjadi salah satu penyebab kelangkaan gula.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengatakan, langkanya gula di pasaran disebabkan karena menurunnya produksi tahun 2019.
Akibatnya, harga gula pun turut naik sesuai mekanisme pasar.
"Ya sebenarnya karena produksi gulanya dari yang 2019 kemarin turun. Jadi ada penurunan produksi hampir sekitar 15-20 persen sehingga stok 2019 untuk mengisi stok 2020 tidak berlanjut," kata Roy kepada Kompas.com, Selasa (3/3/2020).
Baca juga: Pemerintah Buka Keran Impor Gula Mentah 438.802 Ton
Di sisi lain, masa panen yang lebih lambat dari perkiraan turut mempengaruhi ketersediaan gula di pasaran.
Roy menyebut, melambatnya masa panen karena faktor cuaca yang tidak menentu, di samping belum meratanya panen di beberapa daerah.
"Masa panen itu kan April. Tapi memang akan bergeser 1-2 minggu dari akhir April," ucap Roy.
Tapi dia memastikan, ketersediaan gula bisa kembali normal saat memasuki bulan suci Ramadhan karena pemerintah telah menerbitkan Persetujuan Impor (PI) bahan pangan, salah satunya gula.
"Notabene-nya tentu akan tiba sebelum masa panen sehingga dapat dipastikan sebelum masa panen saat memasuki bulan suci ramadhan kita sudah normal kembali," ucap dia.
Belum lagi, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 14 Tahun 2020 tentang Ketentuan Impor Gula.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.