Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap Tak Ada Lagi Simpang Siur Penanganan Covid-19 di Rumah Sakit

Kompas.com - 17/03/2020, 14:31 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Padahal, B belum diambil tes rontgen di hadapan Sinar-X untuk melihat kondisi paru-parunya. Tes rontgen dijadwalkan sekitar pukul 19.00 WIB, memaksa B bertahan hingga malam hari.

“Kebalik-balik memang,” ujar dia, “kita enggak ngerti lah pertimbangan dokternya apa.”

Jadwal itu molor karena tiba-tiba, dari arah pintu masuk, beberapa petugas dengan APD lengkap tampak memboyong seorang suspect Covid-19 yang terbaring di ranjang dorong menuju Ruang Isolasi Pinere. Para pasien lain diminta jaga jarak 2 meter.

Kala tes rontgen pun, sama seperti A, B hanya menjalani prosedur pemeriksaan biasa tanpa diberi tahu fungsi dan tujuan masing-masing tes oleh petugas medis.

Namun, B tidak seperti A yang dapat meninggalkan rumah sakit dengan kepastian soal kondisi tubuhnya. Ia bahkan pulang, di waktu yang cukup larut – pukul 21.30 -- tanpa kepastian harus membayar biaya pemeriksaan.

“Kalau disuruh bayar, saya akan bayar. Saya konsekuen. Saya belum tahu harus bayar atau tidak. Paling nanti saat ambil hasil tesnya,” ujar B.

“Hasil tes juga karena sudah malam, belum keluar. Paling saya kalau mau ambil besok,” ia menambahkan.

“Saya jadi tidak ada konsultasi dengan dokter soal riwayat dan gejala. Hanya di tes pertama tadi saat tes anatomi, ketika ditanya-tanya.”

Keterangan RSUP dan pemerintah

Manejemen RSUP Persahabatan mulai hari ini, Selasa (17/3/2020) tak lagi melayani pemindaian Covid-19 bagi pengunjung yang sehat, digantikan dengan posko konsultasi.

Pasalnya, selama ini banyak pengunjung yang dalam kondisi sehat datang ke RSUP Persahabatan untuk screening corona. Padahal pihak rumah sakit lebih mengutamakan orang yang sakit.

"Kami tidak lakukan screening (Covid-19) lagi. Kami nanti hanya membuka posko untuk konsultasi. Kalau misalnya kami lihat oh (orang) ini (berstatus) ODP (orang dalam pemantauan), ya kami akan periksa tapi kami tidak akan mengarahkan orang sehat untuk periksa. Kan selama ini kami punya poli isinya orang sehat semua, jadi itu (screening corona) tidak kami lakukan lagi," ujar Direktur Utama RSUP Persahabatan, Rita Rogayah, Senin (16/3/2020).

Baca juga: RSUP Persahabatan Siap Jadi Rumah Sakit Utama Rujukan Pasien Covid-19

Rita menambahkan, RSUP Persahabatan siap dijadikan rumah sakit utama rujukan penanganan Covid-19. Adapun hingga Senin, RSUP Persahabatan sudah memulangkan 6 eks pasien Covid-19, merawat 6 pasien dalam pengawasan, dan merawat 14 pasien positif Covid-19.

"Kami sudah punya skenario 1, 2, 3. Sampai berapa blok kami buat untuk ruang isolasi. Tapi seandainya suatu saat RS Persahabatan ini harus menjadi RS rujukan Covid, maka semua pelayanan kami adalah pelayanan pasien Covid," ujar Rita.

"Mungkin terjadi? Mungkin. Itu yang kami siapkan kemarin kami rapat. Skenario 1, 2, 3, sampai terakhirnya kami adalah RS rujukan Covid, tidak terima pasien (penyakit) lainnya," lanjut dia.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI (Litbangkes Kemenkes), Siswanto meminta masyarakat yang tak mengalami gejala infeksi virus corona tak memeriksakan diri ke rumah sakit.

Sebagai gantinya, masyarakat diminta menghubungi petugas Dinas Kesehatan setempat jika merasa pernah kontak dengan pasien positif Covid-19.

Ia berujar, rumah sakit sebetulnya berperan untuk menindaklanjuti laporan masyarakat yang mengalami gejala sakit.

"Yang ke rumah sakit itu yang sakit. Ada sistemnya. Yang sakit masuk rumah sakit, yang kontak dekat, kontak saja kontak dekat, kalau kontak 50 meter ya enggak usah, itu ke Dinas Kesehatan," jelas Siswanto ketika dihubungi Kompas.com pada Senin (16/3/2020) petang.

Siswanto menuturkan, mekanisme ini disusun Kemenkes merujuk pada prosedur Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO).

"Kalau seperti itu (kontak dengan pasien Covid-19), datangi Dinas Kesehatan setempat. Bilang, 'Saya habis kontak ini, tolong saya bisa diambil swabnya atau tidak?'. Kan sistemnya itu, nanti namanya masuk dalam kategori penyelidikan epidemiologi atau contact tracing," jelas Siswanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemkot Dukung Proyek MRT Menuju Tangsel, tetapi Butuh Detail Perencanaan Pembangunan

Pemkot Dukung Proyek MRT Menuju Tangsel, tetapi Butuh Detail Perencanaan Pembangunan

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Jasad Wanita yang Sudah Membusuk di Pulau Pari, Hilang Sejak 10 Hari Lalu

Fakta-fakta Penemuan Jasad Wanita yang Sudah Membusuk di Pulau Pari, Hilang Sejak 10 Hari Lalu

Megapolitan
Cerita 'Horor' Bagi Ibu Pekerja Setelah Lebaran, ART Tak Kembali dan Minta 'Resign'

Cerita "Horor" Bagi Ibu Pekerja Setelah Lebaran, ART Tak Kembali dan Minta "Resign"

Megapolitan
Polisi Pastikan Kecelakaan yang Tewaskan Penumpang Motor di Bekasi Bukan karena Balapan Liar

Polisi Pastikan Kecelakaan yang Tewaskan Penumpang Motor di Bekasi Bukan karena Balapan Liar

Megapolitan
MRT Bakal Masuk Tangsel, Wali Kota Harap Ada Pembahasan dengan Pemprov DKI

MRT Bakal Masuk Tangsel, Wali Kota Harap Ada Pembahasan dengan Pemprov DKI

Megapolitan
Polisi Periksa Satpam dan 'Office Boy' dalam Kasus Pencurian di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran

Polisi Periksa Satpam dan "Office Boy" dalam Kasus Pencurian di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran

Megapolitan
Sudah Rencanakan Aksinya, Maling Motor Naik Ojol ke Benhil untuk Cari Target

Sudah Rencanakan Aksinya, Maling Motor Naik Ojol ke Benhil untuk Cari Target

Megapolitan
4 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' yang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar adalah Satu Keluarga

4 Korban Kebakaran "Saudara Frame" yang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar adalah Satu Keluarga

Megapolitan
4 Korban Kebakaran di Mampang Disebut Akan Dimakamkan di TPU Gunung Gadung Bogor

4 Korban Kebakaran di Mampang Disebut Akan Dimakamkan di TPU Gunung Gadung Bogor

Megapolitan
Polisi Tunggu Hasil Laboratorium untuk Tentukan Penyebab Kematian Perempuan di Pulau Pari

Polisi Tunggu Hasil Laboratorium untuk Tentukan Penyebab Kematian Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
Maling Motor di Tanah Abang Ditangkap Warga, Sempat Sembunyi di Kandang Ayam

Maling Motor di Tanah Abang Ditangkap Warga, Sempat Sembunyi di Kandang Ayam

Megapolitan
Kondisi Jasad Perempuan di Pulau Pari Sudah Membusuk, Ada Luka di Dada dan Leher

Kondisi Jasad Perempuan di Pulau Pari Sudah Membusuk, Ada Luka di Dada dan Leher

Megapolitan
Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar

Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar

Megapolitan
Motor Adu Banteng dengan Pembalap Liar di Bekasi, Seorang Perempuan Tewas di Tempat

Motor Adu Banteng dengan Pembalap Liar di Bekasi, Seorang Perempuan Tewas di Tempat

Megapolitan
Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com