Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 182 tahun 2020 tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan Covid-19, terdapat 12 laboratorium yang ditunjuk dalam pemeriksaan Covid-19.
Laboratorium itu antara lain, laboratorium yang dimiliki Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Lembaga Biologi Molekuler Eijkaman, serta laboratorium kesehatan daerah DKI Jakarta.
Selain itu, ada pula empat Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) yang disiagakan yakni BBLK Jakarta, BBLK Palembang, BBLK Makasar, dan BBLK Surabaya.
Menurut juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, Selasa (17/3/2020), beberapa institusi laboratorium tersebut sudah menjalankan fungsinya.
Sejumlah spesimen yang diperiksa juga sudah ada hasilnya sehingga dapat memperpendek waktu pengiriman spesimen dari rumah sakit ke laboratorium.
Meski begitu, konfirmasi hasil pemeriksaan pada kasus positif Covid-19 tetap harus dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
“Laboratorium Universitas Airlangga sudah melaksanakan fungsinya dan sudah mengirimkan spesimen yang diperiksa dan sudah ada hasilkan. Tidak lama lagi juga akan diakukan di Lembaga Eijkman dan diharapkan setidaknya minggu depan sudah dilaksanakan di banyak tempat lain,” ucapnya.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan sudah ada lebih dari 2.300 spesimen yang diperiksa terkait Covid-19. Dari jumlah itu, total kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 berjumlah 172 orang. Infografik: Mitos dan Fakta Soal
Kasus tersebut tersebar di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, dan Kepulauan Riau. Adapun kasus kematian yang dilaporkan sebanyak lima orang dan kasus yang dinyatakan sembuh sebanyak sembilan orang.
“Untuk kebutuhan alat (pemeriksaan) sendiri, untuk kit-nya sudah kita terima 10.000 alat dan akan ditambahkan. Artinya dinamika akan terus berjalan. Kit harus dibeli dan tidak ada masalah karena penyedia dan distributor tidak sulit memberikan jumlah yang kita inginkan,” kata Yuri.
Ia menambahkan, kapasitas rumah sakit untuk perawatan kasus Covid-19 juga ditambah. Selain 132 rumah sakit rujukan nasional yang ditunjuk, disiagakan pula 109 rumah sakit miliki TNI, 53 rumah sakit milik Polri, serta 65 rumah sakit miliki BUMN untuk merawat pasien Covid-19.
Pemeriksaan masif
Ahli epidemologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan, pemeriksaan yang masif merupakan kunci untuk mencegah meluasnya sebaran virus SARS-CoV-2 pemicu Covid-19. Penapisan yang masif juga dibutuhkan untuk mencegah keterlambatan penanganan pasien.
Hal itu disebabkan virus ini berbeda dengan influenza yang bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi perlu penanganan sejak awal infeksi agar pasien tidak mengalami titik kritis, yaitu saat virus corona baru ini mencapai organ paru-paru.
”Angka kematian sekitar 3 persen itu dengan catatan pasien ditangani dengan baik. Kalau pelayanan rumah sakit di Indonesia seperti ini, tingkat kematian kita akan sangat membesar,” ujar Pandu.
Hal itu juga terjadi di Italia, yang pada Senin (16/3/2020) telah memiliki 27.980 kasus infeksi dan total kematian 2.158 orang. Pada hari itu saja, 349 orang meninggal dan kasus baru 3.233, sedangkan angka kematian rata-ratanya 7,7 persen.
Direktur Departemen Penyakit Menular di Peking University First Hospital Wang Guiqiang, seperti dikutip kantor berita China, Xinhua, mengatakan, ”Ada kesalahpahaman bahwa Covid-19 adalah penyakit yang sembuh sendiri sehingga tidak memerlukan pengobatan. Ini jelas keliru.”
Kita telah kehilangan waktu karena selama Januari hingga Februari melonggarkan kesiapsiagaan dengan berbagai narasi keliru, seperti kita akan aman karena doa, kebal, hingga meremehkan tingkat kematian wabah ini yang dianggap kecil. Akibatnya, ketika negara lain menutup pintu masuk, Indonesia justru promosi wisata.
Pembentukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, yang dipimpin Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo dan pelibatan laboratorium lain, seperti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Kementerian Riset dan Teknologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, diharapkan mengatasi ketertinggalan itu.
Jika kondisi itu tidak segera diperbaiki, pilihan Indonesia ke depan dikhawatirkan tinggal dua: kita harus melaksanakan penutupan area dan akses penduduk atau lockdown dengan persiapan dan menanggung segala konsekuensinya atau lockdown karena benar-benar lumpuh….(PENULIS: AHMAD ARIF, DEONISIA ARLINTA | EDITOR: EVY RACHMAWATI)
Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul asli "Derita Pasien Korona, Kecemasan Kita". Klik di sini untuk baca artikel selengkapnya. Gunakan kode promo KOMPASWFH dan nikmati seluruh akses berita Kompas.id secara GRATIS selama satu bulan penuh, langsung daftar di klik.kompas.id/dirumahaja
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.