Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Anggap Kegiatan Bagi-bagi Masker dan Hand Sanitizer Kurang Efektif

Kompas.com - 20/03/2020, 14:15 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo mengkritik aksi dan gerakan bagi-bagi masker serta hand sanitizer yang tujuan awalnya mengantisipasi penularan Covid-19 yang terus berekskalasi secara global maupun nasional.

Menurut dia, kegiatan bagi-bagi masker dan hand sanitizer sebaiknya tidak dilalukan secara acak karena berpotensi jadi senjata makan tuan dengan menciptakan kerumunan yang mempermudah penularan Covid-19.

"Apalagi kalau orang sampai disuruh ngambil, pembagiannya terpusat di satu titik. Akhirnya itu menciptakan kerumunan baru. Harus dievaluasi," kata Imam kepada Kompas.com, Kamis (19/3/2020).

Baca juga: Sekolah Relawan Harap Aksi Bagi-bagi Masker di Depok Ditiru di Kota Lain

Menurut dia, aksi bagi-bagi masker dan hand sanitizer lebih baik dilangsungkan dengan alur distribusi terpimpin.

Dengan demikian, alih-alih bersifat sporadis, masker dan hand sanitizer yang dibagikan secara gratis itu dapat menyasar titik-titik rentan penularan Covid-19 yang memang butuh antisipasi lebih sehingga tidak sekadar dimiliki oleh masyarakat umum tanpa pola sistematis menekan laju penularan.

Ia memberi pengandaian, masker dan hand sanitizer dapat didistribusikan ke PD Pasar Jaya, yang kemudian dapat mengontrol pemakaiannya oleh pembeli dan pedagang.

Baca juga: Polisi Cianjur Bagi-bagi 1.000 Botol Hand Sanitizer kepada Pengendara

Setiap pembeli yang masuk lewat satu pintu utama akan membilas tangannya dengan hand sanitizer.

Sementara itu, pedagang di dalam pasar dipantau dan rutin dihampiri petugas untuk membilas tangannya dengan hand sanitizer secara berkala.

"Dengan dibagikan secara terpimpin, pembagian ini memprioritaskan orang-orang yang memang sulit menghindari interaksi, jangan dikasih justru untuk yang di rumah saja," jelas Imam.

"Dengan begitu bisa dipakai orang-orang yang memang tidak bisa tidak selalu ada di stasiun, pasar, dan di tempat-tempat interaksi itu. Pembagian dan pemakaiannya pun diawasi, bukan dibawa pulang," ia mengakhiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com