Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Kondisi Tenaga Medis Tanpa APD Layak Saat Tangani Covid-19

Kompas.com - 20/03/2020, 16:50 WIB
Cynthia Lova,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus Covid-19 di Indonesia semakin meningkat hari demi hari, khususnya di Jabodetabek. Pasien yang berdatangan ke rumah sakit pun terus bertambah.

Meski demikian, masing-masing rumah sakit yang dirujuk oleh pemerintah nyatanya belum siap 100 persen.

Sebab, stok alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis yang dimiliki rumah sakit nyatanya tidak seimbang dengan jumlah pasien yang terus berdatangan.

Baca juga: Jumlah ODP dan PDP Corona di RSUD Tasikmalaya Naik, Stok APD Menipis

Akibatnya, banyak tenaga medis yang menggunakan perlengkapan seadanya. Bahkan, beberapa di antara mereka membeli sendiri APD demi menjaga keselamatannya masing-masing.

Keselamatan tenaga medis pun kerap kali terancam dengan kondisi tersebut.

Mawar, bukan nama sebenarnya, diketahui sebagai salah satu perawat di rumah sakit rujukan pemerintah yang menangani Covid-19.

Dia mengaku kerap khawatir setiap kali menerima pasien yang diduga terjangkit epidemi global itu. Sebab, ia tak dibekali APD yang lengkap.

Padahal, ia menyadari memiliki risiko tinggi andai pasien yang ditanganinya itu ternyata positif Covid-19.

Namun, ia mencoba menepikan rasa khawatirnya demi melayani pasien dengan baik. Sebab, ini Mawar sebut sebagai risiko seorang tenaga medis yang melayani pasien hingga sembuh meski tahu penyakit itu bahaya pula untuknya.

Baca juga: Sumut Minta 10.000 APD untuk Petugas Medis yang Tangani Covid-19

“Kalau dibilang takut, ya pasti takut. Tapi bismillah saja, ini udah jadi bagian dari tugas profesi yang aku pilih. Aku khawatir, apalagi APD seadanya,” ucap Mawar kepada Kompas.com, Jumat (20/3/2020).

Mawar mengatakan, untuk menangani pasien terduga Covid-19, ia hanya dibekali pakaian operasi yang sebenarnya tidak sesuai dengan standar operasional.

Setiap harinya, ia melayani 15 hingga 25 pasien terduga Covid-19, tanpa mengetahui apakah nantinya status terduga itu akan naik jadi positif atau tidak.

“Aku cuma pakai baju gaun yang dipakai buat operasi bukan baju astronot yang sesuai standar,” kata Mawar.

Selain itu, untuk masker, ia dibekali masker N-95 yang digunakannya selama seminggu merawat pasien terduga Covid-19.

Baca juga: Sepenggal Cerita Pejuang Corona, APD Jas Hujan Plastik dan Melawan Rasa Takut Tertular

Keadaan tersebut yang kadang membuatnya prihatin. Bahkan tak sering ia mengeluh dengan keadaan para medis yang memprihatinkan.

“Capek sih, bahkan kalau lagi ngeluh terkadang terpikir gitu, lebih milih nerima pasien serangan jantung ketimbang nerima pasien terduga Covid-19,” ucap Mawar.

Namun, kekhawatirannya seketika hilang saat mendengar pasien terduga Covid-19 yang ditangani itu dinyatakan sembuh dan satu per satu pulang ke rumahnya masing-masing.

Pekerjaannya saat ini dianggapnya sebagai suatu ibadah. Sehingga ia bisa mengurus dan melayani pasien dengan senang hati, meski kadang terbesit rasa khawatir .

“Bawa santai saja, ya sudah tugasnya sebagai perawat kita harus terus berjuang sampai pasien ini satu per satu dinyatakan sembuh. Tetap dibawa bahagia saja,” ucap dia.

Sama halnya, Melati, juga bukan nama sebenarnya. Perawat di rumah sakit milik pemerintah ini juga mengaku bahwa tenaga medis di sana terpaksa menggunakan pakaian operasi lantaran tidak adanya stok baju hazmat (baju khusus untuk menangani pasien Covid-19).

Meski sama-sama steril, menurut Melati, tidak seharusnya pakaian itu digunakan menangani pasien Covid-19.

Bahkan untuk masker, di rumah sakit tempat Melati bekerja sudah mulai kehabisan stok. Sehingga terkadang masker itu ia lapis dengan tisu agar tidak mudah kotor.

Baca juga: RSPI Sulianti Saroso Minta Bantuan Tenaga Kesehatan dan APD ke Dinkes DKI untuk Tangani Pasien Covid-19

Tak jarang pula ia membeli masker menggunakan uang pribadi untuk dipakainya selama bertugas.

“Berusaha sehemat mungkin (pakai masker dan baju APD), lebih menjaga supaya tidak cepat kotor jadi bisa dipakai lebih lama (dalam satu sift). Saya juga letakkan kain di dalam masker supaya bisa dipakai seharian,” ucap dia.

“Kalau merasa stok masker di rumah sakit sudah mulai mau habis, perawatnya inisiatif beli masker yang memang harganya sekarang mahal,” ucap dia.

Dengan kondisi yang demikian, ia terus berusaha untuk tetap fit dan menjaga kesehatan di tengah lelahnya merawat pasien.

Selain itu, Melati selalu rutin cuci tangan, menjaga APD-nya sebaik mungkin, hingga menjaga pola makan yang teratur.

“Ya sekarang bagaimana kami tetap fit. Jadi kalau kami ngurus orang sakit, ya yang ngurus juga harus sehat dong,” ucap dia.

Baca juga: Pemerintah Tambah 10.000 Alat Pelindung Diri untuk Tenaga Medis

Melati berharap pemerintah mengambil langkah cepat mengatasi penyebaran Covid-19 di Indoenesia.

Ia juga meminta Pemerintah memperhatikan kelengkapan APD di tiap rumah sakit yang ada, khususnya mereka yang menjadi rujukan untuk tangani covid-19.

“Minta pemerintah lebih bertindak tegas dan mencontoh negara-negara lain yang mampu mengatasi peningkatan penyebaran ini, jangan lamban,” katanya.

“Pemenuhan APD sangatlah penting karena sebagai salah satu antisipasi penularan pakai APD,” tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com