Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Pasar Tradisional Perlu Segera Sterilisasi karena Rentan Jadi "Sarang" Covid-19

Kompas.com - 21/03/2020, 06:19 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Dalam hal ini, maka tim medis juga harus disokong dengan jaringan kerja sama yang kuat dengan fasilitas kesehatan terdekat, termasuk ditopang dengan keberadaan ambulans.

"Lebih ideal lagi bila di lokasi pasar juga ada petugas khusus, sebut saja Tim Reaksi Cepat Test-Covid 19, yang siap untuk melakukan tes langsung terhadap orang yang terindikasi sakit itu," tutur Imam.

"Penanganan kesehatan yang cepat tanggap di tingkat wilayah seperti ini akan sangat baik diterapkan dalam situasi seperti sekarang," ia menambahkan.

Dokter muda

Lantas, siapa anggota tim medis di pasar-pasar tradisional ini, mengingat jumlah tenaga kesehatan juga kian tipis dan kewalahan di tengah tidak siapnya pemerintah menangani Covid-19 yang terus merebak?

Imam mendesak Menteri Kesehatan (Menkes) RI Terawan Agus Putranto memberi diskresi secepatnya agar dokter-dokter muda bisa bertugas sebagai tim medis cepat tanggap Covid-19 di simpul kerumunan, termasuk pasar tradisional.

"Tim medis ini, harusnya didampingi oleh dokter-dokter muda," kata dia.

Baca juga: Menkes Didesak Beri Diskresi Kerahkan Dokter Muda sebagai Tim Medis Reaksi Cepat Covid-19

Dokter-dokter muda yang baru lulus kuliah umumnya menjalani program magang dan ko-asisten (ko-as) sebagai pendamping dokter utama di rumah sakit.

Di sinilah, menurut Imam, Terawan harus memberikan diskresi, dengan mengganti masa "magang" itu jadi semacam "praktik lapangan".

Usulan ini, aku Imam, ia adopsi dari gagasan dokter-dokter senior Ikatan Dokter Indonesia (IDI), menilik jumlah dokter muda di Indonesia yang tak sedikit.

Apabila Terawan berani menerapkan diskresi ini, selain bantu memperluas deteksi dini Covid-19 di simpul kerumunan, maka langkah tersebut juga akan sedikit meredakan ketegangan antara IDI dan Terawan gara-gara kasus pelanggaran kode etik Terawan beberapa waktu lalu.

Bagai efek domino, Imam menilai, redanya hubungan yang selama ini meruncing antara keduanya dapat pula berdampak masif untuk penanganan Covid-19 di Indonesia.

"Dalam kondisi darurat ini, Menkes harusnya bisa membuat diskresi agar mereka menjadi tim medis untuk penanganan ringan dan sangat mungkin dilatih mengambil spesimen," jelas Imam.

"Diskresi ini semua ada di tangan Menkes. Tahun 2019 ada sekitar 18 dokter muda, ditambah 11 ribu dokter muda tahun 2018. Harusnya anak-anak ko-as (ko-asisten) ini bisa jadi tulang punggung," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com