Pasalnya, keluarga tetap ingin prosesi pernikahan secara agama di gereja tetap digelar.
Keluarga ingin agar semua tamu yang hadir aman dari penularan penyakit.
"Sekitar Rp 3 juta lah (desinfektan). Untuk hand sanitizer kita juga perlu semua sekitar Rp 1 jutaan," terang dia.
Menyebar info penundaan
AS mengaku, sebanyak 800 undangan sudah tersebar ke sanak saudara dan kerabat kedua pihak jauh-jauh hari.
Setelah ada keputusan penundaan pesta adat, keluarga kerepotan untuk menyampaikan kepada mereka yang sudah menerima undangan.
"Iya itu, yang paling sulit adalah undangan yang sudah tersebar. Ada 800 undangan yang sudah tersebar, jadi bagaimana lah caranya membatalkan ini? Kan begitu," katanya.
Baca juga: Resepsi dan Adat Pernikahan Diminta Ditunda, Jangan Anggap Remeh Virus Corona
Segala cara akhirnya ditempuh. Mereka menghubungi saudara, menyebar informasi lewat media sosial hingga grup-grup WhatsApp keluarga dengan format resmi.
"Kita sebar pemberitahuan di grup -grup. Kita umumkan acara resepsi pernikahan Anak kita ini ditunda sampai waktu yang belum ditentukan. Namun,untuk acara pemberkatan tetap dilaksanakan," terang dia.
Masalah belum selesai. Keluarga calon pengantin harus berhadapan dengan beragam respons keluarga besar.
Ada yang setuju dan kurang setuju atas pengunduran acara adat. Perdebatan internal keluarga tidak terelakan.
Pasalnya, prosesi adat Batak harus melibatkan keluarga besar dari kedua pasangan, terutama keluarga besar dari bapak dan ibu calon pengantin.
Biasanya, pembahasan internal keluarga sudah dilakukan selama berbulan-bulan.
"Sangat alot pembahasan waktu itu. Memang ada pertemuan kita antara keluarga saya dan hula-hula (sebutan untuk keluarga pihak istri AS). Pada kesempatan kedua juga kita buat pertemuan dan semuanya memang alot, sangat alot," terang dia.
Pada akhirnya, keluarga besar sepakat pesta adat diundur. Namun, ada beberapa keluarga yang tidak sepakat pemberkatan di gereja tetap berlangsung pada 25 Maret nanti.