BEKASI, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Bekasi menyelenggarakan rapid test atau periksa cepat Covid-19 mulai Rabu (26/3/2020) kemarin.
Tes tersebut diaplikasikan pertama kali untuk tenaga medis yang menangani orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP).
Namun, nyatanya pemeriksaan ini diikuti oleh 365 tenaga medis yang dikumpulkan jadi satu di Stadion Patriot.
Baca juga: Serba-serbi Rapid Test di Bekasi, Dahulukan Tenaga Medis dan Hasil Diberitahu Secara Online
Bahkan, ada beberapa anggota dewan dan pejabat lainnya yang ikut dalam tes tersebut.
Hal ini pun menimbulkan kerumunan orang yang tidak diketahui bagaimana keadaan kesehatannya.
Sejumlah orang pun khawatir adanya penyebaran covid-19 dengan kerumunan orang yang hadir saat rapid test itu.
W salah satu dokter di Rumah Sakit swasta di Kota Bekasi yang menangani pasien ODP dan PDP ini mengaku kecewa pelayanan Pemkot Bekasi yang menyelenggarakan rapid test.
Ia menilai Pemkot Bekasi kurang persiapan dalam tes tersebut.
“Jadi pas waktu saya masuk ke dalam stadion, saya kecewa sama sistem yang dilakukan sama Dinkes kota Bekasi. Ini namanya mengumpulkan massa,” ujar W saat dihubungi, Kamis (26/3/3020).
W mengatakan, awalnya rencana rapid test di Stadion Patriot itu menggunakan sistem drive thru.
Namun, hal itu berubah menjadi posko kesehatan biasa yang pemeriksaannya disatukan di dalam Stadion Patriot.
“Saya pikir kan sistemnya driver thru, tapi ternyata pas saya sampai di lokasi saya lihat massa dikumpulkan sebegitu banyak tanpa APD yang lengkap,” ucap dia.
Berkerumunan tanpa APD yang lengkap itu dikhawatirkan menularkan dan menjadi pembawa virus corona.
Apalagi, saat pemeriksaan itu diutamakan bagi tenaga medis yang diketahui punya risiko tinggi menularkan.
“Kami semua (tenaga medis) berisiko menularkan. Satu aja yang positif, otomatis semua di stadion hari ini yang datang kemungkinan bisa positif corona,” ucap dia.