JAKARTA, KOMPAS.com - Tirta Mandira Hudhi merupakan seorang pengusaha sekaligus influencer nyentrik bergelar dokter.
Namun, karena sudah cukup lama ia tak praktik, Tirta tak bisa terjun langsung membantu teman-temannya merawat pasien Covid-19 yang setiap hari semakin bertambah.
Hal itulah yang membuat ia memutuskan terjun ke jalan untuk membantu meringankan beban rekan-rekan dokternya.
Baca juga: Kisah Dokter Tirta, Pengamat Sneaker yang Jadi Aktivis Pencegahan Corona
Tirta kemudian menceritakan bagaimana kritisnya kondisi tenaga kesehatan sebagai garda terdepan penanganan Covid-19 di Indonesia.
"Sekarang itu kondisinya itu menyedihkan. Kita lihat, tenaga medis yang meninggal sudah berapa, kalau enggak salah sudah hampir 10 dan ini sudah berapa hari corona, anggap saja dua minggu. Jadi perkiraannya tiap hari pasti ada tenaga medis yang meninggal, itu sudah menyedihkan," kata Tirta saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/3/2020).
Bahkan, jika dihitung dari 87 pasien yang meninggal karena Covid-19, angka kematian dokter di Indonesia mencapai 10 persen.
Kondisi itu tentu sangat miris mengingat jumlah pasien positif Covid-19 yang terus bertambah drastis setiap harinya.
Menurut Tirta, masalah itu terjadi karena minimnya jumlah alat pelindung diri (APD) yang dimiliki rumah sakit ditengah pandemik Covid-19 ini.
Tirta kemudian memberikan gambaran betapa kekurangannya jumlah APD di Indonesia.
"Kasarnya seperti ini, satu pasien yang sudah positif Covid-19 yang kondisinya sedang, itu satu pasien yang diisolasi bisa membutuhkan delapan APD per harinya. Itu satu bayangkan berapa ribu itu (pasien positif). Belum yang ODP dan PDP," ucap Tirta.
Baca juga: Dr Tirta hingga Susi Pudjiastuti Ikut Bantu Atasi Wabah Corona
Ditambah lagi, saat ini pasien Covid-19 sudah tersebar hampir di seluruh provinsi Indonesia.
"Rumah sakit di Jakarta saja kelimpungan, apalagi rumah sakit di seluruh Indonesia. Makanya saya saya lagi menyerukan di Twitter, campaign pertama saya itu edukasi, campaign kedua saya APD kan," ujar Tirta.
Ia mengatakan, saat ini, rumah sakit rujukan Covid-19 yang pernah ia kunjungi saja kerepotan memenuhi kebutuhan APD.
Apalagi, tingkatan terbawah fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia, yakni puskesmas.
Padahal, pemerintah menginstruksikan masyarakat Indonesia dari dulu terbiasa memeriksakan gejala kesehatan yang ia rasakan ke dokter-dokter puskesmas, termasuk gejala Covid-19.