Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/04/2020, 19:48 WIB
Tria Sutrisna,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kurva sebaran virus corona di Indonesia terus melonjak tinggi, banyak perusahaan yang menerapkan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) agar karyawannya terhindar dari infeksi Covid-19.

Namun, tak sedikit pula yang masih harus pergi ke kantor untuk menyelesaikan tugas. Katanya, demi menjaga performa perusahaan.

Lani (bukan nama sebenarnya), seorang karyawan perusahaan swasta di kawasan Jakarta Timur, misalnya. Dia harus bekerja di kantor meskipun pemerintah sebenarnya telah mengimbau untuk bekerja dari rumah demi menjaga jarak fisik (physical distancing) antarindividu.

“Di sini enggak ada WFH,” ujar Lani di Jakarta, Kamis (2/4/2020).

Baca juga: Pemkot Depok Perpanjang Sistem Kerja dari Rumah bagi Sebagian Besar Pegawai

Menurut dia, kebijakan bekerja dari rumah sulit diterapkan di tempatnya bekerja karena akan menurunkan performa perusahaan.

Begitu pula saat Covid-19 menjadi pandemi, seluruh karyawan di tempatnya dituntut ekstra bekerja untuk mengejar target.

“Kalau WFH diadain itu perusahaan akan turun performanya, karena enggak ada pemasukan dana. Kalau begitu, kita yang karyawan bakal digaji pakai apa?” ungkapnya.

Hal ini membuat dia tidak memiliki pilihan selain bekerja seperti biasa dan berupaya mengejar target. Kendati rasa khawatir terpapar virus menghantui karena pekerjaannya kerap bersinggunan langsung dengan banyak orang.

Baca juga: Waktu ASN Kerja dari Rumah Diperpanjang hingga 21 April

Lani pun mengaku takut membawa virus ke rumah dan menularkannya kepada keluarga serta orang sekitar.

“Kita memang waswas sih. Cuma gimana, sudah tuntutan. Apalagi ketemu orang setiap hari,” kata Lani.

“Untungnya di sini difasilitasi, ada sarung tangan, hand sanitizer, dan masker,” tambahnya.

Lani berharap perusahaannya bisa menerapkan kebijakan baru, yang meringankan para karyawan di tengah pandemi saat ini. Seperti sistem shifting atau bekerja dari kantor secara bergantian, misalnya.

“Mungkin bisa nantinya shifting atau rolling masuk kerjanya buat sekarang,” katanya.

Kondisi serupa juga dialami oleh Fikar (bukan nama sebenarnya), yang bekerja di kawasan Gajah Mada, Jakarta Pusat. Dia mengaku sedih dan khawatir karena masih harus tetap bekerja di kantor meski penyebaran Covid-19 masih berlanjut.

Fikar menjelaskan, perusahaannya hanya menerapkan kebijakan baru berupa pengurangan jam kerja. Namun, hal tersebut tidak menghilangkan rasa takutnya terpapar virus ketika bekerja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkas Perkara Pembunuh 4 Anak Kandung di Jagakarsa Dilimpahkan ke Kejaksaan, tetapi Belum Lengkap

Berkas Perkara Pembunuh 4 Anak Kandung di Jagakarsa Dilimpahkan ke Kejaksaan, tetapi Belum Lengkap

Megapolitan
Angkot Listrik Bakal Mengaspal di Kota Bogor, Dishub Bakal Seleksi Calon Sopir

Angkot Listrik Bakal Mengaspal di Kota Bogor, Dishub Bakal Seleksi Calon Sopir

Megapolitan
Dinas LH DKI Imbau Warga Terapkan Konsep 'Green Ramadhan' demi Lestarikan Lingkungan

Dinas LH DKI Imbau Warga Terapkan Konsep "Green Ramadhan" demi Lestarikan Lingkungan

Megapolitan
Tarif Tol Jakarta-Cirebon untuk Mudik Lebaran 2024

Tarif Tol Jakarta-Cirebon untuk Mudik Lebaran 2024

Megapolitan
Brankas Beserta Isinya Dirampok, Warga Ciracas Kehilangan BPKB hingga Logam Mulia

Brankas Beserta Isinya Dirampok, Warga Ciracas Kehilangan BPKB hingga Logam Mulia

Megapolitan
JPO Depan Kampus Trisakti Rusak, Pengamat: Merusak Budaya Berjalan Kaki

JPO Depan Kampus Trisakti Rusak, Pengamat: Merusak Budaya Berjalan Kaki

Megapolitan
JPO Depan Kampus Trisakti Sempat Bolong, Pengamat: Mengabaikan Prinsip Memanusiakan Pejalan Kaki

JPO Depan Kampus Trisakti Sempat Bolong, Pengamat: Mengabaikan Prinsip Memanusiakan Pejalan Kaki

Megapolitan
Rumah Mewah di Ciracas Dibobol Maling, Isi Brankas Senilai Rp 150 Juta Raib

Rumah Mewah di Ciracas Dibobol Maling, Isi Brankas Senilai Rp 150 Juta Raib

Megapolitan
Jadwal Mundur, Uji Coba Lima Angkot Listrik di Bogor Dimulai Awal April

Jadwal Mundur, Uji Coba Lima Angkot Listrik di Bogor Dimulai Awal April

Megapolitan
Rumah Kos di Jagakarsa Jadi Tempat Produksi Tembakau Sintetis Selama 3 Bulan

Rumah Kos di Jagakarsa Jadi Tempat Produksi Tembakau Sintetis Selama 3 Bulan

Megapolitan
Meski Jadi Korban Main Hakim Sendiri, Pengemudi Ford Ecosport yang Mabuk Tetap Ditilang

Meski Jadi Korban Main Hakim Sendiri, Pengemudi Ford Ecosport yang Mabuk Tetap Ditilang

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 18 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 18 Maret 2024

Megapolitan
Paling Banyak karena Tak Pakai Sabuk, 14.510 Pengendara Ditilang Selama Operasi Keselamatan Jaya 2024

Paling Banyak karena Tak Pakai Sabuk, 14.510 Pengendara Ditilang Selama Operasi Keselamatan Jaya 2024

Megapolitan
Tarif Tol Jakarta-Pemalang untuk Mudik 2024

Tarif Tol Jakarta-Pemalang untuk Mudik 2024

Megapolitan
Kasus Meterai Palsu Ratusan Juta Rupiah di Bekasi, Bagaimana Cara Membedakan Asli dan Palsu?

Kasus Meterai Palsu Ratusan Juta Rupiah di Bekasi, Bagaimana Cara Membedakan Asli dan Palsu?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com