Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sopir Bus AKAP Bertahan karena Sepi Penumpang, Patungan buat Makan hingga Tidur di Terminal

Kompas.com - 03/04/2020, 11:44 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Suryadi, sopir bus antar-kota antar-provinsi (AKAP) terus menatap panjang ke ujung pintu masuk Terminal Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan.

Suryadi hanya bisa berteduh di bagasi bus dari sorotan matahari.

Bantal guling dan gelas plastik berisi kopi yang sejajar dengan asbak rokok menjadi teman sehari-hari.

Ia harus bertahan di tengah sepinya penumpang sebagai dampak semakin meluasnya penyebaran Covid-19.

Baca juga: Aksi Moms UI, Sekelompok Ibu Bagikan Makanan Gratis untuk Mahasiswa Rantau

"Saya di bawah PO Murni Jaya Jakarta-Yogyakarta. Saya sudah tidak berangkat. Terakhir itu Selasa kemarin, bawa cuma 21 penumpang," kata Suryadi, Kamis (3/4/2020).

Sopir bus AKAP PO Murni Jaya, Suryadi mengaku sepi penumpang setelah adanya virus corona. Hal itu dikatakan saat berada di Terminal Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (3/4/2020).dokumentasi pribadi Sopir bus AKAP PO Murni Jaya, Suryadi mengaku sepi penumpang setelah adanya virus corona. Hal itu dikatakan saat berada di Terminal Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (3/4/2020).

Kondisi yang dialami Suryadi berapa hari terakhir berbanding terbalik dari beberapa bulan lalu yang selalu mengangkut penumpang.

Bahkan jumlahnya selalu memenuhi 38 bangku yang ada di salam bus. Terlebih saat menjelang bulan Ramadhan.

"Kalau mau puasa itu banyak penumpang. Nanti pertengahan puasa sedang, kemudian jelang Lebaran itu meningkat lagi. Sekarang penumpang 21 orang aja udah sulit banget," kata pria asal Temanggung, Jawa Tengah ini.

Baca juga: Cerita Pasien Covid-19 Pertama di Bekasi Berjuang 20 Hari hingga Sembuh

Suryadi bersama satu sopir lainnya menerima uang Rp 3,2 juta dari pihak PO Murni Jaya setiap harinya.

Itu menjadi biaya Suryadi dan temannya selama menarik penumpang Jakarta-Yogyakarta dan sebaliknya.

Hanya saja, biaya yang diberikan harus dipotong untuk pembelian bahan bakar dan tol selama perjalanan baik pergi maupun pulang.

"Sisa paling Rp 700.000, bagi dua dengan sopir satu, jadi Rp 350.000. Tapi narik terakhir itu Selasa, jadi Rabu kemarin nombok, kemudian makan patungan pakai sisa uang tarikan Selasa," ucapnya.

Baca juga: Polisi Amankan 19 Pemuda yang Berkerumun di Palmerah dan Pasar Rumput

Kini, Suryadi hanya berserah diri pada Tuhan. Ia berharap, virus Corona cepat menghilang agar mata pencahariannya kembali normal.

"Saya tidak ada sampingan. Tidak ngontrak di sini. Saya kan rumah di Temanggung. Tidur ya di bus. Berharap kondisi ini segera berakhir, agar pendapatan saya normal seperti biasa," ujar Suryadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Rute Transjakarta yang Terintegrasi dengan MRT

Daftar Rute Transjakarta yang Terintegrasi dengan MRT

Megapolitan
Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Megapolitan
Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Megapolitan
Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Megapolitan
Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Megapolitan
Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Megapolitan
Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Megapolitan
Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Megapolitan
KPU Gelar Sayembara Maskot dan 'Jingle' Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

KPU Gelar Sayembara Maskot dan "Jingle" Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

Megapolitan
Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Megapolitan
Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Megapolitan
Diduga Alami 'Microsleep', Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Diduga Alami "Microsleep", Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Megapolitan
Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Megapolitan
Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Megapolitan
H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com