Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Depok Krisis VTM, Warga Positif Covid-19 Versi Rapid Test Belum Bisa Swab

Kompas.com - 03/04/2020, 16:19 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Kota Depok, Jawa Barat disebut tengah kekurangan VTM (viral transport medium atau media pembawa virus), karena pesanan yang diminta tak kunjung datang.

Dalam konteks pandemi Covid-19, media VTM berperan untuk membawa spesimen sampel lendir tenggorokan pasien yang telah melalui uji swab, ke laboratorium tersertifikasi.

Pasien yang dilakukan uji swab adalah mereka yang dicurigai terinfeksi virus SARS-Cov-2 penyebab Covid-19, baik karena gejala ISPA maupun menunjukkan hasil positif dalam versi rapid test (uji cepat).

Uji swab merupakan pengujian dengan hasil yang paling valid untuk mendiagnosa seseorang mengidap Covid-19 atau tidak, sehingga kasus positif pada rapid test juga perlu dikonfirmasi ulang lewat uji swab.

Baca juga: Pemkot Depok Instruksikan Setiap RW Bentuk Kampung Siaga Covid-19

"Swab itu harus ada bahannya. Bahannya belum datang-datang dari rekanan, kan kita beli. Dari kemenkes juga kami mengajukan, belum datang. Sudah sejak 1-2 minggu lah," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Novarita melalui telepon, Kamis (2/4/2020).

"Yang kami beli VTM itu, media untuk meletakkan hasil swab. Jadi setelah kita ambil swab tenggorokan, kan kita masukin ke media tuh, nah itu medianya yang kita beli," jelas dia.

Novarita mengatakan bahwa terkadang Kota Depok kebagian juga jatah uji swab dari petugas pemerintah pusat.

Namun, jika menunggu pemerintah pusat, hal itu akan memakan waktu karena banyak pasien yang harus diakomodasi.

Maka, lanjut dia, tenaga-tenaga laboratorium Kota Depok kini sudah terlatih mengambil uji swab agar tidak perlu menunggu giliran pemerintah pusat, sehingga pemeriksaan bisa lebih cepat.

Baca juga: Depok Masih Kaji PSBB, Wali Kota Minta BPTJ yang Batasi Transportasi

Tetapi, upaya itu terganjal minimnya ketersediaan VTM.

"Misalnya menunggu dibagi kan lama, banyak. Kita misalnya menunggu dari pusat, mereka nanti petugasnya dateng mengambil (swab), mereka periksa di sana," kata Novarita.

"Tenaga laboratorium kita pelatihan, jadi sudah bisa tuh mengambil (uji swab). Nanti mereka kalau sudah ada medianya, mereka ambil (uji swab, lalu) kirim, itu lebih cepat. Kalau enggak, kan lama karena kita nunggu giliran," jelas dia.

Akibat dari krisis VTM ini, sejumlah warga Depok yang sudah dites positif Covid-19 dengan rapid test harus menunggu dan karantina mandiri sembari menanti uji swab yang baru dapat dilakukan ketika VTM sudah datang.

Padahal, berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok, Kamis (2/4/2020), total terdapat 65 hasil positif rapid test yang harus diverifikasi ulang dengan uji swab.

Di samping itu, masih ada 131 kategori kelompok orang tanpa gejala (OTG) yang berdasarkan pedoman Kementerian Kesehatan, perlu segera diperiksa dengan uji swab atau rapid test.

"Jadi semua (kasus positif versi rapid test) akan disuruh isolasi mandiri. Kan kalau tidak ada gejala apa-apa memang tidak dimasukkan ke rumah sakit," tandas Novarita.

Sebagai informasi, per Kamis (2/4/2020), Pemerintah Kota Depok mengumumkan total 50 kasus positif Covid-19, dengan 10 orang sembuh, dan 5 orang meninggal dunia.

Sebanyak 18 pasien dalam pengawasan (PDP) juga telanjur meninggal sebagai suspect, sebelum terkonfirmasi positif Covid-19, sejak 18 Maret 2020.

Sementara itu, kini masih ada 369 pasien yang masih diawasi dan 1.374 orang yang tengah dipantau terkait Covid-19.

Pemerintah terus menggaungkan instruksi agar warga tetap bertahan di dalam rumah selama pandemi Covid-19 untuk memutus rantai penularan, kecuali terpaksa keluar rumah untuk kebutuhan mendesak.

Warga diminta menjauhi diri dari kerumunan yang dapat mempermudah penularan Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com