Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Ayam Potong di Kramatjati Terima Banyak Pesanan Online Saat Pandemi Covid-19

Kompas.com - 06/04/2020, 20:41 WIB
Tria Sutrisna,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah mewabahnya Covid-19, banyak pedagang yang omzetnya menurun.

Namun ada juga yang tetap stabil karena terbantu dengan banyak pesanan online.

Ardy salah satu pelaku usaha ayam potong rumahan di kawasan Kramat Jati, Cililitan, Jakarta Pusat, misalnya. Dia mengungkapkan di tengah pandemi ini, penjualan ayam potongnya masih terbilang stabil.

Menurut Ardy, hal ini terjadi karena dia tidak hanya berjualan secara offline, melainkan juga memasarkan secara online melalui platform dagang elektronik atau e-commerce.

Baca juga: Berangkat dari Garut, Karyawan Ini Kecewa Pasar Tanah Abang Masih Ditutup

"Sekarang sih sama saja penjualannya, enggak jauh beda. Cuma porsi cara ordernya doang yang beda gitu loh," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (6/4/2020).

Dia mengatakan bahwa selama masa Pandemi Covid-19, jumlah penjualan offline mengalami sedikit penurunan.

Tetapi, penurunan tersebut tertutupi oleh meningkatnya jumlah pesanan melalui e-commerce. Alhasil, penjualan secara langsung maupun online menjadi seimbang pada saat ini.

"Sebelum Corona penjualan itu kalau dilihat secara presentasi ya gua perhatiin 60 persennya kita lebih banyak di offline," ungkapnya

"Setelah mulai lockdown-lockdown kayak ini justru malah imbang gitu, malah fifty-fifty," tambahnya.

Baca juga: Para Pedagang Kecewa Pasar Tanah Abang Batal Dibuka Hari Ini

Ardy mengaku bisa mempersiapkan sekitar 1,4 hingga 1,6 ton ayam potong setiap harinya.

Dia berpendapat jumlah penjualan offline selama ini masih tinggi karena banyak pelanggannya yang merupakan pelaku usaha makanan.

Meski demikian, Ardy tidak memungkiri ada beberapa pelanggannya yang berhenti memesan ayam potong untuk sementara waktu karena outlet mereka berlokasi di dalam mall dan tidak bisa beroperasi.

"Kita supply kaya penjual makanan. Contoh yang usaha bakmie atau apalah, justru GoFood mereka juga ramai rupanya. Jadi tempat mereka sepi, cuman gofood atau grabfoood mereka ramai," ungkapnya.

Di sisi lain, meningkatkannya jumlah penjualan dari online karena banyak masyarakat yang kini sulit untuk berbelanja langsung di pasar. Terutama ketika pemerintah mulai mengimbau untuk mengurangi aktivitas di luar rumah.

"Kalau kita lihat data sebulan kemarin. Taruhlah anggap di awal Maret yang kita mulai pembatasan, grafik online makin naik setiap hari," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com