DEPOK, KOMPAS.com – Belum ada tanda-tanda perlambatan tren kasus Covid-19 di Indonesia. Penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu terus meluas dan torehan infeksinya terus membengkak dari hari ke hari sejak kali pertama diumumkan pada 2 Maret 2020.
Jakarta merupakan episentrum kasus Covid-19. Data terbaru per Kamis (9/4/2020), 1.632 warga Jakarta dinyatakan positif, 149 pasien dinyatakan meninggal akibat Covid-19. Jumlah itu belum menghitung kasus-kasus lain yang belum terkonfirmasi.
Baca juga: [UPDATE] Covid-19 di Depok: Pasien Sembuh Bertambah 1, 2 Suspect Meninggal dalam Sehari
Ibu Kota menjadi sorotan, namun kota-kota di sekitarnya tak kalah gawat. Kota Depok di selatan Jakarta sempat ingar-bingar, karena kasus terkonfirmasi Covid-19 perdana di Indonesia merupakan warga kota ini.
Tapi, masalahnya jauh lebih dari itu. Depok diburu oleh waktu dalam perlombaan yang melelahkan dengan virus ini.
Kapasitas rumah sakit tak sampai seperempat pasien per 9 April 2020
Masalah mendasar yang dihadapi kota-kota di seluruh dunia yang terjangkit pandemi Covid-19 adalah kemampuan sistem layanan kesehatan.
Kota-kota di seluruh dunia berjibaku menekan angka kasus Covid-19, agar kurvanya melandai di bawah garis kemampuan kontrol sistem kesehatan mereka.
Dalam hal ini, Depok ada dalam masalah. Kapasitas rumah sakit yang tersedia di Kota Belimbing tak sampai seperempat jumlah pasien konfirmasi dan pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19, jika bertolak dari data terbaru per Kamis (9/4/2020).
Baca juga: RS Depok Potensial Over Kapasitas Tangani Covid-19, IDI Usul Kolaborasi dengan RS Swasta
Pemerintah Kota Depok mengumumkan, per Kamis sore, terdapat 77 pasien positif Covid-19 di Depok, dengan 540 pasien lain masih terus diawasi atas kemungkinan terjangkit Covid-19. Delapan nyawa telah melayang, 11 sembuh.
Itu artinya, di atas kertas, ada 617 pasien di Depok yang layak memperoleh perawatan di ranjang rumah sakit.
Namun, jumlah tempat tidur di ruang isolasi yang tersedia di Depok hanya ada 145 unit. Jumlah itu pun tersebar di 24 rumah sakit seantero Depok, baik swasta maupun milik pemerintah, merujuk data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok.
"Dari 24 rumah sakit di Kota Depok baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta, tersedia tempat tidur dengan ruang isolasi berjumlah 145 tempat tidur, dan saat ini
merawat pasien konfirmasi (Covid-19) dan PDP," jelas Wali Kota Depok Mohammad Idris melalui keterangan tertulis, Kamis.
Sementara itu, hanya tiga rumah sakit yang resmi ditunjuk sebagai rumah sakit penanganan Covid-19 di Depok, yaitu RS Bhayangkara/Brimob Polri Kelapa Dua, RSUD Kota Depok, dan Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI).
Baca juga: RS Brimob Kelapa Dua Diusulkan Tambah 100 Ranjang untuk Tampung Pasien Covid-19 di Depok
Kapasitas ketiganya hanya 93 tempat tidur, tak sampai dua pertiga kapasitas keseluruhan tempat tidur di Depok.
"RSUI 25 tempat tidur, RSUD 16 tempat tidur dan RS Brimob 52 tempat tidur," lanjut Idris.
Hanya 93 tempat tidur berbanding 617 pasien. Itu berarti, kira-kira hanya 3 dari 20 pasien yang mampu dirawat inap di rumah-rumah sakit rujukan resmi Covid-19 di Depok hari ini.
Jurang yang begitu senjang antara kapasitas rumah sakit dan jumlah pasien di Depok berpotensi kian lebar di hari-hari mendatang.
Berkaca pada tren hari ini, kita belum bisa berharap jumlah pasien terkonfirmasi positif maupun diawasi terkait Covid-19, tidak semakin banyak.
Namun, di sisi lain, hingga hari ini kapasitas rumah sakit tidak ikut bertambah.
"Dalam rangka penanganan, ini penting kita harus siapkan. Kita lihat semua rumah sakit di Depok, kalau terjadi outbreak pasti enggak bisa menampung," tutur anggota DPRD Kota Depok Ikravany Hilman, Selasa (31/3/2020).