Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaum Miskin Kota Sekarat, Mati karena Corona atau Mati Kelaparan

Kompas.com - 10/04/2020, 12:24 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Mereka hidup berdampingan dengan sampah-sampah plastik yang bertebaran di lapangan, sanitasi yang buruk, dan jauh dari bayangan konsumsi gizi seimbang.

Nasi aking adalah gambaran camilan yang disantap untuk mengganjal perut saat itu. Namun, dari raut wajahnya mereka tetap terlihat bersyukur sambil menyimpan pilu di hatinya.

“Untuk bertahan sekarang, mungkin sisa kemarin itu masih ada simpanan, buat makan hari ini bisa ya. Untuk ke sananya, kalau belum ada kepastian kapan selesai masa ini (corona), bingung juga ya,” kata Sutrisno yang berkaos biru dongker bertuliskan tipografi Revolution-Resolution.

Dengan aksen sedikit Jawa, ia menceritakan kalau warga Kampung Muka banyak yang tinggal di kontrakan.

Di saat pemerintah mengimbau secara terus menerus untuk bekerja, belajar, dan ibadah di rumah, Sutrisno tak punya pilihan selain mengikutinya. Jikalau harus memberontak, uang pun tak dapat.

“Memang dagang bisa, tapi kan ga ada pengunjung (di Kota Tua), Ga ada yang beli. Keluar bisa, tapi ga ada pembeli sama sekali. Pemasukannya sama sekali tak ada,” kata laki-laki berambut gondrong itu.

Sutrisno dan warga lainnya pusing bukan kepalang jika memikirkan nasibnya dan warga lainnya. Uang kontrakan dan cicilan motor bak rima dalam bait kematian. Ya, setidaknya hingga hidupnya tenang dari teror tagihan.

Sutrisno paham hak dan kewajiban pemilik kontrakan. Sebagai pengontrak, ia mengerti harus menjalankan kewajiban untuk membayar uang sewa kontrakan.

Ia sangat bersyukur jika para pemilik kontrakan mengerti jika pengontrak telat membayar uang sewa.

“Yang ngontrak punya rumah ini mending pengertian, kalau gak pengertian kan diusir. Tuh sudah ada yang diusir (dari kontrakan),” kata Sri menimpali Sutrisno.

Hingga Minggu kemarin, Sutrisno mengaku belum ada bantuan untuk warga Kampung Muka demi menyambung perekonomian mereka yang tengah sekarat. Bantuan berupa bahan kebutuhan pokok sehari-hari dan uang pun juga belum mereka terima.

Di Kampung Muka, menurut Sutrisno ada sekitar 500 kepala keluarga yang tinggal.

“Yang dibutuhkan ini untuk makan sehari-hari seperti sembako. Yang punya anak kecil juga kan butuh kebutuhannya. Mau ga mau kan butuh,” ujarnya.

Saat ini, Sutrisno, Eli, Sri, dan warga miskin kota lainnya tentu takut dengan corona. Namun, mereka pun takut bila tak memiliki uang. Kerja bisa mati karena corona, tak kerja bisa mati kelaparan.

Kampung Muka adalah secuil potret kaum miskin kota di Jakarta, episentrum corona di Indonesia. Dari data yang dirilis 15 Januari 2020 oleh Badan Pusat Statistik Jakarta, presentase penduduk miskin di Jakarta pada September 2019 sebanyak 362.300 orang.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2017 ada 445 RW kumuh di Jakarta, dan Kampung Muka termasuk di dalamnya. Penduduk miskin, menurut BPS adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Warga Kampung Muka mungkin tak akan sempat memikirkan ketahanan pangan mereka beberapa hari ke depan seperti yang lazim dilakukan warga Jakarta lain di supermarket.

Mereka tak akan terlihat di Foodhall, Kem Chiks, Ranch Market, Farmers Market, dan supermarket akbar lainnya. Apalagi, berpikir tentang cek swab untuk corona.

Saat ini, Jakarta juga telah berada dalam status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus mata rantai penyebaran corona.

Meminjam rima dari Herry Sutresna alias Ucok Homicide dalam lagu Barisan Nisan (2004), kemungkinan terbesar sekarang adalah memperbesar kemungkinan pada ruang ketidakmungkinan sehingga setiap orang yang kami temui tak menemukan lagi satupun sudut kemungkinan untuk kemungkinan untuk berkata tidak mungkin.

Ya, tidak mungkin untuk berkata tidak bisa membantu kaum miskin kota yang terdampak corona.

Solidaritas adalah kunci untuk membantu kaum miskin kota dan masyarakat rentan miskin yang sekarat di tengah corona.

Kita hanya bisa berharap wabah pandemi corona cepat selesai sambil mengulurkan tangan demi mencegah mereka jatuh tersungkur dan kehabisan napas.

_________

Tulisan ini telah tayang di Dunia Aksara pada Kamis (9/4/2020), dengan judul "Kaum Miskin Kota Sekarat di Tengah Corona"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong Atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong Atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Megapolitan
Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Megapolitan
Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Megapolitan
Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Terdengar Ledakan Keras Sebelum Toko Bingkai di Mampang Terbakar

Megapolitan
Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Cara ke Aviary Park Bintaro Naik Transportasi Umum

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk Trading

Ratusan Orang Tertipu Program Beasiswa Doktoral di Filipina, Uang Para Korban Dipakai Pelaku untuk Trading

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Megapolitan
Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com