Dugaan itu berasal dari akun resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengumumkan adanya erupsi Gunung Anak Krakatau pada pukul 02.19 WIB, namun mengutip riwayat letusan pada Jumat (10/4/2020) malam pukul 21.58 dan 22.35 yang tercatat pada website magma.esdm.go.id.
Mengutip situs itu, antara letusan pertama dan kedua yang tercatat di sana, terjadi lonjakan signifikan kolom abu letusan, dari 200 meter menjadi 500 meter di atas puncak Anak Krakatau.
Dari citra kamera pengawas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), letusan Gunung Anak Krakatau terpantau terakhir pukul 23.42 WIB.
Hingga pukul 03.13 WIB, sayup suara dentuman masih terdengar hingga bilangan, namun intervalnya relatif jarang.
Sabtu pagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi bahwa suara dentuman bukan berasal dari letusan Gunung Anak Krakatau.
Baca juga: Kesaksian Warga Soal Dentuman Aneh Saat Erupsi Gunung Anak Krakatau
"Terkait suara dentuman yang beberapa kali terdengar dan membuat resah masyarakat Jabodetabek, maka sejak tadi malam hingga pagi hari ini pukul 06.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten," jelas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono lewat keterangan resmi, Sabtu pagi.
"Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 tetapi gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat. Berdasarkan data tersebut maka BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik itu," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.