Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suara Anak Rantau, Tunda Mudik demi Keluarga dan Bertahan di Tengah Wabah Covid-19

Kompas.com - 13/04/2020, 11:57 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dampak pandemi Covid-19 tak hanya dirasakan para pekerja di Jakarta, tetapi juga dirasakan perantau yang mengadu nasib ke Ibu Kota.

Para perantau tak hanya dihadapkan pada pilihan tidak bisa mudik saat libur Lebaran, melainkan juga harus berjuang bertahan hidup tanpa sanak keluarga di Jakarta selama pandemi Covid-19.

Idul Fitri yang seharusnya dijadikan momen berkumpul bersama keluarga serta melepas penat setelah setahun mengumpulkan pundi-pundi penghasilan di Ibu Kota pun terkubur sementara.

Baca juga: Pemerintah Kaji Aturan Pelarangan Mudik Lebaran

Pasalnya, pemerintah mengimbau masyarakat agar tak pulang kampung saat Idul Fitri guna memutus mata rantai penularan virus corona.

Trio Reza, perantau asal Situbondo, Jawa Timur, mengaku ini bukan kali pertama dirinya tak mudik ke kampung halaman, sudah dua kali Lebaran dia tetap berada di Jakarta.

Tahun ini Reza berencana pulang kampung dan berkumpul bersama keluarga. Namun, tak dinyana, keinginan Reza harus tertunda karena pandemi Covid-19.

Baca juga: Jokowi: Tidak Bisa Begitu Saja Melarang, Ada yang Mudik karena Alasan Ekonomi

Kali ini, dia harus bertahan di tengah wabah virus corona di kota yang jauh dari kampung halamannya.

"Enggak mudik dulu tahun ini, jadi ini tahun ketiga aku enggak mudik. Perasaannya campur aduk ya, sedih karena enggak bisa mudik, khawatir kondisi keluarga di kampung halaman, kangen juga," kata Reza kepada Kompas.com, Senin (13/4/2020).

Sebagai anak rantau yang mengadu nasib di Ibu Kota, Reza mengaku bahwa kewajibannya bukan hanya menafkahi keluarga, melainkan juga memastikan dirinya tak menjadi carrier (pembawa) virus corona bagi keluarganya.

Baca juga: Anak-anak Berpotensi Jadi Carrier Covid-19, Lansia Harus Hati-hati ketika Kontak dengan Cucunya

"Lebih baik stay (bertahan) di Jakarta dulu, kan kita enggak tahu juga kalau kita pulang kampung kita membawa virus (corona) atau enggak. Jadi. Untuk kebaikan semuanya, sebaiknya enggak pulang kampung dulu," ujar Reza.

Tanpa didampingi sanak keluarga di Jakarta, Reza harus memutar otak bagaimana bertahan hidup selama pandemi Covid-19 yang disebabkan penularan virus corona tipe 2 atau SARS-CoV-2.

Beberapa restoran dan warung makan harus tutup, sehingga dia mulai belajar masak di rumah untuk membatasi aktivitas di luar rumah. Tak jarang, dia juga memesan makanan secara online.

Baca juga: Warteg Sekitar Kampus Tutup, Emak-emak Ini Sumbang Makanan buat Mahasiswa Rantau UI

"Selama ini masak sendiri dan bahan-bahan makanan dipesan lewat penjaga kos. Terkadang juga pesan makanan melalui GoFood. Jadi, benar-benar membatasi aktivitas di luar rumah," katanya.

Pendapat lainnya juga diungkapkan perantau asal Padang, Sumatera Barat bernama Ramadhan. Covid-19 membuat dia menunda keinginan berkumpul bersama keluarga pada libur Lebaran tahun ini.

"Enggak mudik dulu tahun ini soalnya khawatir membahayakan keluarga kalau ternyata membawa virus corona," ungkap Ramadhan.

Baca juga: 70 Persen Orang Terinfeksi Corona Tanpa Gejala dan Bisa Tularkan Virus

Kesedihannya bukan hanya sebatas menunda mudik saat Idul Fitri, namun ketidakpastian kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.

Ramadhan bahkan tak bisa memastikan kapan bisa bertemu dengan keluarganya di kampung halaman.

"Sedih pasti karena belum tahu juga kapan wabahnya (Covid-19) berakhir dan kalau udah berakhir pun belum tentu ada waktu atau kesempatan buat pulang kampung," ujar Ramadhan.

Baca juga: Jokowi: Waspadai Peringatan FAO, Pandemi Corona Bisa Berdampak pada Langkanya Pangan

Reza dan Ramadhan berharap pandemi Covid-19 bisa segera berakhir, sehingga aktivitas perekonomian dan sosial masyarakat bisa kembali normal. Selain itu, para perantau juga bisa berkumpul dan bertemu keluarga di kampung halaman.

Hingga kini, jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Di level nasional, jumlah kasus positif Covid-19 mencapai 4.241 per Minggu (12/4/2020) kemarin.

Total terdapat 373 kasus kematian yang terkonfirmasi akibat Covid-19, sedangkan jumlah pasien sembuh 359 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com