JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, potensi kekeliruan hasil rapid test Covid-19 cukup tinggi.
Karena itu, sebaiknya pemerintah memperbanyak tes dengan metode polymerase chain reaction (PCR).
"Pengetesan rapid ini punya potensi kekeliruan yang cukup tinggi. Karena itu, kami mendorong kapasitasnya ditingkatkan untuk tes PCR," ujar Anies di Jakarta, Kamis (16/4/2020).
Baca juga: Anies Ancam Cabut Izin Perusahaan yang Berulang Kali Langgar Aturan PSBB
Anies menyampaikan itu dalam rapat virtual bersama Tim Pengawas DPR RI untuk Penanggulangan Covid-19 yang disiarkan langsung akun YouTube DPR RI.
Anies berujar, orang yang dinyatakan negatif berdasarkan hasil rapid test belum tentu tidak terjangkit Covid-19.
Orang tersebut bisa saja menularkan virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2) kepada orang lain.
"Itulah sebabnya kami merasa lebih baik fokus kepada PCR daripada pakai rapid test," kata dia.
Anies menjelaskan, saat ini ada 23 laboratorium jejaring penanganan Covid-19 di Jakarta. Kapasitas tes PCR dari 23 laboratorium itu bisa mencapai 4.524 tes per hari.
Menurut dia, kapasitas tes PCR tersebut masih kurang.
"Kami berharap nanti akan bertambah dari Kalbe Farma dengan kapasitas 4.000-an hingga bisa menjadi 8.000 per hari," ucap Anies.
Baca juga: Anies Usul Luhut Hentikan Operasional KRL Selama PSBB
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan rapid test Covid-19 terhadap 45.227 warga di seluruh wilayah DKI Jakarta.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.603 orang dinyatakan positif berdasarkan hasil pemeriksaan.
Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 DKI Jakarta Catur Laswanto mengatakan, persentase positif bagi yang mengikuti rapid test adalah 3,5 persen.
Sementara itu, 43.624 orang lainnya dinyatakan negatif setelah mengikuti rapid test tersebut.
Rapid test merupakan teknik pengetesan keberadaan antibodi terhadap serangan kuman di dalam tubuh.