"Dari hasil simulasi Forkopimda DKI, karena daerah Jakarta paling banyak terpapar oleh virus ini, skenario yang terburuk adalah bisa mencapai 6.000 sampai 8.000 positif," ujar Eko.
Dalam rapat bersama Tim Pengawas Penanggulangan Covid-19 DPR RI Kamis kemarin, Gubernur Anies mengatakan, kasus positif Covid-19 di Jakarta diproyeksikan bisa mencapai 8.000 kasus dalam waktu dekat.
Namun, Anies tidak menjelaskan perhitungan proyeksi tersebut.
"Kalau kita menggunakan proyeksi yang ada, mungkin bisa sampai sekitar 8.000 kasus dalam waktu dekat ini," kata Anies.
Baca juga: Anies: Potensi Kekeliruan Rapid Test Tinggi, Kami Dorong Tingkatkan PCR
Dalam rapat tersebut, Anies menyatakan tren kasus positif Covid-19 di Jakarta meningkat signifikan.
Pada 8 Maret 2020, ada 7 pasien positif Covid-19 di Ibu Kota. Jumlah pasien melonjak jadi 95 orang pada 15 Maret 2020.
Pada 29 Maret 2020, jumlah pasien positif Covid-19 menjadi 645 orang. Angka itu terus melonjak jadi 1.143 kasus pada 5 April 2020 dan lebih dari 2.000 pada 12 April 2020.
Per Kamis kemarin, jumlah pasien positif Covid-19 di Jakarta mencapai 2.670 orang.
Anies menyampaikan, penanganan dan pengendalian Covid-19 tidak mungkin selesai dalam 14 hari.
Menurut dia, pelaksanaan PSBB selama 14 hari yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19 tidak cukup.
"Dalam kenyataannya, wabah seperti ini tidak bisa selesai dalam 14 hari. Karena itu hampir pasti PSBB harus diperpanjang," kata Anies dalam rapat bersama DPR, kemarin.
Anies berujar, hingga saat ini belum ada negara yang benar-benar sembuh dari Covid-19.
Kota Wuhan, China, yang menjadi tempat ditemukannya virus baru tersebut pada Desember 2019 hingga saat ini masih bergelut menghadapi pandemi tersebut.
Baca juga: Anies: Penumpang Transjakarta, MRT, LRT Turun Drastis Imbas Covid-19
Pembatasan demi mencegah lonjakan kasus Covid-19 pun harus ekstra dilakukan.
Sebab, kesiapan infrastruktur untuk menangani Covid-19 sangat terbatas.
Fasilitas kesehatan di seluruh dunia, termasuk Jakarta, kata Anies, tidak didesain untuk menghadapi pandemi.
"Kapasitas untuk melayani kesehatan di Jakarta ada batasnya. Di seluruh dunia sama, tidak dirancang untuk pandemi, layanan kesehatan disiapkan untuk kondisi normal," tutur Anies.
"Bila tren (kasus) positif meningkat dan rumusnya kira-kira 20 persen (dari total kasus positif) butuh pelayanan intensif, angkanya baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kesulitan," lanjutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.