JAKARTA, KOMPAS.com - Demi bertahan hidup di tengah gempuran pandemi Covid-19, warga menggadaikan barang untuk mendapatkan uang tunai.
Di masa sulit saat ini, mereka tak bisa mendapatkan penghasilan sementara pengeluaran terus berjalan.
Mereka berharap grafik data kasus corona di Tanah Air beringsut melandai agar bisa kembali bekerja di luar.
Baca juga: Pegadaian Terima Restrukturisasi Kredit, Nasabah Diminta Ajukan Permohonan
Rika Mulyani (24) bersama suaminya, Ahmad (35) dan anak perempuannya berusia 3,5 tahun menyambangi tempat gadai di Kawasan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
Ahmad terlihat sedang mengurus persyaratan untuk menggadaikan motornya.
Sementara Rika dan anaknya berdiri di belakang tak jauh dari Ahmad.
Perempuan berjilbab itu dan Ahmad memutuskan menggadaikan motor matic Spacy tahun 2012 karena desakan kebutuhan hidup.
Baca juga: Curi 9 Kaleng Susu, Maling Minimarket di Cibubur Diamuk Massa
Semenjak pandemi Covid-19, sang suami yang bekerja sebagai ojek dalam jaringan (daring) sukar mendapatkan penghasilan.
Motor yang biasa digunakan untuk cari pesanan (orderan) terpaksa digadaikan.
"Enggak ada jalan lagi kan orderan sekarang lagi sepi jadi terpaksa (gadai motor)," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Selasa (21/4/2020).
Rika yang bekerja jual pulsa juga mengalami penurunan pendapatan sehingga pemasukan untuk biaya hidup otomatis berkurang.
Baca juga: Pemprov DKI Upayakan 323.224 Pekerja yang Di-PHK dan Dirumahkan Dapat Kartu Prakerja
Uang yang didapat dari hasil gadai akan dipergunakan Rika dan Ahmad untuk biaya makan sehari-hari dan keperluan anak seperti pampers, susu dan uang jajan anaknya.
Mereka berdua belum memiliki tanggungan biaya kontrakan rumah lantaran masih tinggal bersama orangtuanya.
Rika mendapatkan Rp 600.000 dari hasil gadai motornya.
"Agunannya selama seminggu. Bayar lagi tanggal 25 April (ke pegadaian)," sambungnya.
Lain lagi cerita Ipung (46) dan Ratna (36), sepasang suami istri yang tinggal di Kawasan Limo, Depok, Jawa Barat itu bersama anak perempuannya berusia 3,5 tahun datang naik motor ke pegadaian untuk menjual ponsel pintarnya.
Kepada TribunJakarta.com, Ipung mengatakan akibat tak ada penghasilan, ia terpaksa menggadaikan ponselnya akibat tak ada penghasilan semenjak sekolah diliburkan.
Pekerjaan Ipung sebenarnya sebagai sopir antar jemput sekolah swasta di Pondok Cabe.
Semenjak sekolah diliburkan, dia juga terkena dampaknya dirumahkan tanpa digaji.
Baca juga: Data Pemprov DKI, 323.224 Pekerja Di-PHK dan Dirumahkan Imbas Covid-19
Ipung dan Ratna emiliki dua anak yang masih kecil yang harus dihidupi.
Anak sulung perempuan duduk di kelas satu SMP, sedangkan anak bungsu masih berusia 3,5 tahun.
Siang itu, mereka sebelumnya sudah mendatangi satu tempat gadai, akan tetapi uang yang bakal diterima jauh dari perkiraan mereka.
Di tempat Gadai di Kawasan Cinere, Limo ini, Ipung berharap bisa mendapatkan uang lebih tinggi dari tempat sebelumnya.
Hasil dari gadai ponsel, mereka gunakan untuk makan sehari-hari.
Baca juga: Kisah Dodo, Pengemudi Ojek Online Diusir dari Kontrakan dan Tidur di Pinggir Ruko
"Setelah dapat ini (uang gadai) buat kehidupan sehari-hari. Intinya mah buat makan dulu. Yang penting ada buat makan anak aja, kalau orangtua gampang makan apa aja bisa," ungkap Ipung yang sedang duduk di atas motor menunggu Ratna di tempat gadai pada Selasa (21/4/2020).
Untuk biaya hidup keluarganya, Ipung mencari penghasilan dengan berjualan layangan yang dibeli di Pasar Pondok Cabe.
Saat ini sedang musim bermain layang-layang.
"Buat nambah-nambah lumayan. Layangan seharga Rp 500 saya jual Rp 1.000. Benang beli Rp 1.000 saya jual Rp 2.000. Lumayan, sehari dapat Rp 30.000," bebernya.
Di masa pandemi Covid 19 ini, ada juga orang yang murah hati dengan Ipung.
Dia mendapatkan bantuan berupa sembako dari pihak sekolah dan orangtua murid.
Meski tidak digaji, ia berharap juga mendapatkan THR dari masing-masing mereka.
Selepas mengurus ponselnya digadaikan, Ratna menghampiri Ipung.
Ratna mendapatkan sejumlah uang dari hasil gadai ponselnya.
"Buat sehari-hari karena lagi sulit. Dapat Rp 600.000. Cukup sampai akhir bulan," pungkasnya.
"Buat sehari-hari karena lagi sulit. Dapat Rp 600 ribu. Cukup sampai akhir bulan," pungkasnya. (TribunJakarta/Satrio Sarwo Trengginas)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Pegadaian Ramai Saat Pandemi Covid-19, Warga Gadaikan Motor hingga Gawai Demi Menyambung Hidup