Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Karantina Jadi Pilihan Terbaik daripada Bawa Virus Corona ke Keluarga

Kompas.com - 23/04/2020, 14:53 WIB
Cynthia Lova,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah resmi melarang mudik dan diberlakukan mulai Jumat (24/4/2020) besok.

Mau tidak mau masyarakat tak punya pilihan. Mereka harus tetap berada di dalam rumah selama bulan Ramadhan, bahkan hingga memperingati Hari Raya Idul Fitri.

Hal itu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona yang kini terus merebak di Indonesia.

Kebijakan penanganan Covid-19 ini berbanding terbalik dengan tradisi silaturahmi Indonesia yang biasa dilakukan tiap Ramadhan.

Baca juga: Jokowi Larang Mudik, Sejumlah Ruas Jalan Menuju Jatim Akan Disekat

Mudik sudah menjadi tradisi di Indonesia untuk menjalin silaturahmi dan saling maaf-memaafkan.

Pandemi Covid-19 yang berlangsung hingga memasuki bulan Ramadhan menjadi kesedihan bagi mereka yang tak bisa berkumpul bersama dengan keluarga.

Vela (25), misalnya. Pekerja swasta ini mengaku sedih lantaran tak bisa pulang ke kampung halamannya di Bondowoso, Jawa Timur.

Wanita yang merantau ke Jakarta untuk bekerja tahun 2016 ini mengaku, mestinya tahun ini ia mudik karena telah merencanakannya dari jauh-jauh hari. Apalagi tahun lalu ia tak bisa pulang kampung lantaran ada kesibukan kerja.

Baca juga: Larang Mudik, Pemerintah Diminta Gandeng Warga Awasi Jalan Tikus

“Sedih enggak bisa bertemu keluarga padahal udah merencanakan mudik sejak tahun lalu. Walaupun ini bukan pertama kalinya enggak mudik saat lebaran, tapi perasaannya beda karena harus terjebak akibat corona,” ujar Vela kepada Kompas.com, Kamis (23/4/2020).

Memilih tidak mudik dan mengarantina diri di rumah, menurut Vela, menjadi pilihan terbaik. Sebab, ia tak mau menjadi pembawa atau carrier Covid-19 ke keluarganya yang ada di kampung halaman.

Apalagi, ibunya kini sudah di usia rentan jika terinfeksi Covid-19.

Baca juga: Mengapa Lansia Rentan Tertular Virus Corona? Ini Penjelasan Pakar UGM

“Kalau mau nekat harusnya bisa mudik, tapi aku takut bawa virus ke keluarga karena tidak tahu kan, apakah aku terinfeksi atau enggak. Saya juga enggak tau akan interaksi sama siapa selama perjalanan ke kampung halaman, jadi lebih baik ikutin imbauan Pemerintah dulu,” ucapnya.

Vela mengaku bulan Ramadhan kali ini menjadi kesedihan sekaligus kekuatan baginya.

Bukan saja tak bisa pulang kampung, dia juga memilih untuk tidak pergi ke rumah kakakknya yang beralamat di Tangerang.

Ia pun memilih menghabiskan waktu di tempat kosnya menjalani kos saat bukan Ramadhan hingga Idul Fitri nanti. Hal itu dilakukan demi mencegah penyebaran Covid-19 di keluarganya.

Baca juga: Anjuran Karantina Mandiri Diabaikan, Pasien Positif Corona di Probolinggo Jadi 15 Orang

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com