JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah resmi melarang mudik dan diberlakukan mulai Jumat (24/4/2020) besok.
Mau tidak mau masyarakat tak punya pilihan. Mereka harus tetap berada di dalam rumah selama bulan Ramadhan, bahkan hingga memperingati Hari Raya Idul Fitri.
Hal itu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona yang kini terus merebak di Indonesia.
Kebijakan penanganan Covid-19 ini berbanding terbalik dengan tradisi silaturahmi Indonesia yang biasa dilakukan tiap Ramadhan.
Baca juga: Jokowi Larang Mudik, Sejumlah Ruas Jalan Menuju Jatim Akan Disekat
Mudik sudah menjadi tradisi di Indonesia untuk menjalin silaturahmi dan saling maaf-memaafkan.
Pandemi Covid-19 yang berlangsung hingga memasuki bulan Ramadhan menjadi kesedihan bagi mereka yang tak bisa berkumpul bersama dengan keluarga.
Vela (25), misalnya. Pekerja swasta ini mengaku sedih lantaran tak bisa pulang ke kampung halamannya di Bondowoso, Jawa Timur.
Wanita yang merantau ke Jakarta untuk bekerja tahun 2016 ini mengaku, mestinya tahun ini ia mudik karena telah merencanakannya dari jauh-jauh hari. Apalagi tahun lalu ia tak bisa pulang kampung lantaran ada kesibukan kerja.
Baca juga: Larang Mudik, Pemerintah Diminta Gandeng Warga Awasi Jalan Tikus
“Sedih enggak bisa bertemu keluarga padahal udah merencanakan mudik sejak tahun lalu. Walaupun ini bukan pertama kalinya enggak mudik saat lebaran, tapi perasaannya beda karena harus terjebak akibat corona,” ujar Vela kepada Kompas.com, Kamis (23/4/2020).
Memilih tidak mudik dan mengarantina diri di rumah, menurut Vela, menjadi pilihan terbaik. Sebab, ia tak mau menjadi pembawa atau carrier Covid-19 ke keluarganya yang ada di kampung halaman.
Apalagi, ibunya kini sudah di usia rentan jika terinfeksi Covid-19.
Baca juga: Mengapa Lansia Rentan Tertular Virus Corona? Ini Penjelasan Pakar UGM
“Kalau mau nekat harusnya bisa mudik, tapi aku takut bawa virus ke keluarga karena tidak tahu kan, apakah aku terinfeksi atau enggak. Saya juga enggak tau akan interaksi sama siapa selama perjalanan ke kampung halaman, jadi lebih baik ikutin imbauan Pemerintah dulu,” ucapnya.
Vela mengaku bulan Ramadhan kali ini menjadi kesedihan sekaligus kekuatan baginya.
Bukan saja tak bisa pulang kampung, dia juga memilih untuk tidak pergi ke rumah kakakknya yang beralamat di Tangerang.
Ia pun memilih menghabiskan waktu di tempat kosnya menjalani kos saat bukan Ramadhan hingga Idul Fitri nanti. Hal itu dilakukan demi mencegah penyebaran Covid-19 di keluarganya.
Baca juga: Anjuran Karantina Mandiri Diabaikan, Pasien Positif Corona di Probolinggo Jadi 15 Orang
“Lebarannya mungkin hanya bisa menghabiskan waktu sendiri di kos bareng keluarga kos tanpa bisa silaturahmi ke keluarga di Jakarta,” kata dia.
Sama halnya, kesedihan juga dialami Lina (24), ibu rumah tangga yang biasanya tiap tahun pulang kampung ke Purwekerto, Jawa Tengah.
Kini ia tak bisa pulang lantaran ada larangan mudik. Meski demikian, tak ada pilihan lagi baginya untuk tetap di rumah.
Ia tetap mendukung Pemerintah melarang masyarakat mudik untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Menurut dia, dengan menjalani ibadah bulan Ramadhan di rumah ia akan berusaha lebih dekat dengan tetangganya.
Sehingga tali silaturahmi dengan tetangga terus berjalan erat di tengah pandemi Covid-19.
“Ya kan biasanya saya ke kampung terus, kalau sekarang kan bisa berbagi jadinya sama tetangga. Silaturahmi. Ambil aja positifnya kan,” ucap dia.
Sementara Rima (25), pekerja swasta lainnya juga memilih mengukuti aturan pemerintah agar tak pulang kampung ke Malang.
Padahal ia sudah memesan tiket untuk mudik dari jauh-jauh hari. Namun apalah daya tiket yang ia beli harus hangus karena gagalnya rencana mudik tahun ini.
Ia memili mengikuti aturan berada di rumah agar bisa menjaga keselamatan dirinya dan orang lain. Sebab memutus rantai penyebaran virus.
“Siapa yang mau sakit, karena saya mau keluarga saya dan saya sehat. Saya harus patuh diam di rumah,” ucap Rima.
Meski tak pernah terbayangkan dia akan menjalani puasa dan Hari Raya Idul Fitri di tempat tinggal sendiri, ia harus berusaha menerima kenyataan.
Ia pun kerap mengobati rasa rindunya dengan keluarga untuk video call.
“Palingan video call sih, bangunin sahur, buka puasa,” kata dia.
Rima berharap dengan semua masyarakat mentaati Pemerintah untuk berdiam diri di rumah, maka membantu pula Pemerintah menangani kasus Covid-19.
Harapannya, kasus Covid-19 ini cepat terselesaikan.
“Semoga cepat selesai, saya ingin kembali normal. Tetap semangat teman-teman dan interaksi bisa lewat aplikasi canggih saat ini,” tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.