DEPOK, KOMPAS.com - Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Depok Alif Noeriyanto berharap pemerintah menyiapkan 10 laboratorium tes Covid-19 di Kota Depok.
Hal ini krusial, mengingat jumlah tes Covid-19 yang harus dilakukan setiap hari kian banyak, seiring meluasnya pandemi.
Sejauh ini, hanya ada Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI) satu-satunya instansi di Depok yang sanggup melakukan pemeriksaan Covid-19 dengan metode PCR (polymerase chain reaction).
Baca juga: RSUD Depok Miliki Mesin PCR untuk Tes Covid-19 Awal Mei
Rumah Sakit Bhayangkara/Brimob Polri di Kelapa Dua kabarnya tengah bersiap untuk dapat melakukan tes Covid-19 juga, namun tetap saja tak sebanding dengan jumlah sampel yang harus diuji per hari, kata Alif.
"Idealnya, sebetulnya bukan hanya dua (RSUI dan RS Brimob). Menurut saya malah harusnya 10, terdiri dari rumah sakit, laboratorium, dan puskesmas untuk melakukan tes PCR," jelas dia kepada Kompas.com, Kamis (23/4/2020).
"Dengan 10 laboratorium itu, kita bisa cepat untuk melakukan screening massal (suspect Covid-19)," Alif menambahkan.
Penambahan jumlah laboratorium multak dilakukan pemerintah karena pemerintah enggan melakukan kebijakan lockdown.
Baca juga: Kapasitas Tes Covid-19 Rendah, IDI Depok Harap Pemerintah Izinkan RS Swasta Beli Mesin PCR
Alif mencontohkan langkah yang ditempuh berbagai negara yang berhasil meredam persebaran kasus Covid-19, seperti Jepang dan Korea Selatan.
Kedua negara sempat melakukan tes Covid-19 besar-besaran sewaktu belum mengambil kebijakan lockdown.
"Ketika tidak mau lockdown, seperti Jepang, Korea, yang awalnya tidak mau lockdown, mereka melakukan screening massal hingga akhirnya kasusnya menurun," ungkap Alif.
Sementara itu, di Indonesia termasuk Depok, screening massal yang dilakukan berkutat pada penggunaan metode rapid test yang akurasinya hanya 30 persen.
Hasil rapid test, ujung-ujungnya harus divalidasi ulang menggunakan metode tes Covid-19 berbasis PCR pula.
Baca juga: Sepekan PSBB di Depok, Hasilnya Belum Terasa
Jika Depok hanya punya dua laboratorium dengan mesin PCR, praktis terjadi antrean pengujian sampel karena kapasitas tes jauh di bawah.
Mengandalkan Kementerian Kesehatan pun sama leletnya, terbukti dari fakta 44 pasien Depok meninggal dunia sejak 18 Maret 2020, namun hasil tes Covid-19-nya belum kunjung dirilis Kemenkes hingga hari ini.
"Keterbatasan itu menyebabkan belum bisa kita melakukan screening massal. Beberapa puskesmas mengirimkan daftar nama PDP yang hasil rapid test-nya positif untuk diambil swab (sampel lendir tenggorokan), bisa 20-30 pasien satu puskesmas," beber Alif.